Badung –
Karena tak mau bergabung dengan tentara di negaranya, seorang warga negara (WN) Rusia melarikan diri ke Bali. Sekarang ekspor dari Bali.
RK berasal dari Rusia dan berusia 36 tahun. Dia berada di Bali selama setahun.
Di Pulau Dewata ia mencari perlindungan dan kebodohan. Hal ini dilakukan RK karena tidak ingin ikut serta dalam operasi militer dari Rusia selama perang melawan Ukraina.
Pengembalian ini diambil setelah RK menghabiskan waktu setahun lebih di Indonesia sebagai pencari suaka tanpa mengetahui risiko negara ketiga (transisi), kata Direktur Rumah Detensi Imigrasi Denpasar Gede Dudy Duwita dalam sambutannya. .
Dudy mengatakan RK pertama kali datang ke Indonesia sekitar tahun 2010. RK sudah berkali-kali ke Indonesia dengan visa yang berbeda-beda. Salah satunya adalah Izin Tinggal Tetap (ITAP) untuk reunifikasi keluarga yang berlaku hingga 4 September 2022.
Istrinya yang berasal dari Indonesia menjadi pendukungnya saat itu. Belakangan, RK mengajukan status pencari suaka pada tahun 2023.
RK bilang dia takut pulang karena ada perang di negaranya. Rusia telah menerapkan wajib militer bagi orang dewasa di zona perang.
“Dia bilang tidak ada gunanya kembali ke Rusia saat itu,” kata Dudy.
Akhirnya RK memutuskan untuk menetap di Bali hingga awal tahun 2024. Selama di Bali, RK bersedia bekerja sebagai digital nomad. Dia bekerja secara mandiri di sektor periklanan online.
Hingga awal tahun 2024, RK akan mencari informasi mengenai situasi di Rusia. Ia mendapat pesan dari pemerintah Rusia bahwa tidak ada formasi militer.
Selain itu, alasan utama dia kembali adalah karena kesehatan ayahnya yang sedang memburuk, ujarnya.
Menyadari keadaan tersebut, RK memutuskan untuk kembali ke negaranya. RK diberangkatkan ke negeri beruang merah pada 15 Oktober 2024 pagi hari dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menuju Bandara Internasional Makhachkala, Rusia.
—-
Artikel ini diposting di ANBALI NEWSBali. Tonton video “Video: Penerbang adalah senjata, Silmy Karim jelaskan alasannya” (wsw/fem)