Lewat Mitra Tani, Bulog Mengantar Kebaikan sampai ke Petani

Jakarta –

Lahan hijau terlihat di pintu masuk Desa Jatibaru, Kecamatan Jatisari, Kota Karawang, Jawa Barat. Desa ini berjarak 95 km (km) dari Jakarta Selatan, kira-kira dari Jakarta Selatan hingga Bogor.

Lahan hijau berada di belakang rumah warga Chatisari. Ibarat seorang petani bernama Suleiman di ladang belakang rumahnya. Tak dibatasi tembok, Suléeman masih harus berjalan kaki sekitar 100 meter menuju ladangnya. Sekitar 3 sampai 4 rumah di samping dan belakang rumahnya.

Setiap pagi dia berangkat ke ladang Eman, dia selalu berjalan di jalan aspal. Jaraknya hanya beberapa meter. Namun hal ini dinaungi oleh pepohonan rindang yang menemani Eman. Tak jarang burung gagak dan burung menyapa Sulaiman di pagi hari.

Bertani adalah satu-satunya pekerjaan dan penghasilan bagi Eman dan keluarganya. Seperti dulu, ia merasakan pahit dan manisnya menjadi seorang petani. Pria yang akrab disapa Eman ini mengatakan, permasalahan petani tidak lepas dari pendapatan, gagal panen, dan kekhususan penyerapan.

Eman mengaku sudah lama bekerja sama dengan Bulog di lahan seluas 5,5 hektare tersebut. Dengan begitu, ia mendapat kepastian penyerapan beras dari Bulog. Kini melalui Mitra Tani juga dilatih oleh pihak ketiga Eratani selama produksi beras.

“Mungkin sekitar sebulan baru bisa panen,” kata Eman saat ditemui ANBALI NEWS, Kamis.

Eman mengaku terbantu dengan pembinaan yang dilakukan Bulog melalui Eratani. Namun, ia berharap program ini pada awalnya dapat memberikan modal yang cukup, karena ia masih perlu menyewa alat pertanian, menyediakan pupuk, dan permintaan darinya untuk ikut serta.

“Saya tidak punya (mesin pertanian), harusnya disemprot tebal-tebal Rp 25.000 sekali semprot ya modal (sewa) dari Bulog, jadi kalau tenggelam kita semprot saja atau “kering”. Tidak akan ada serangga, tapi kadang tidak boleh, sehingga berakhir dengan banyak sundep seperti ini,” jelasnya.

Keadaan di Desa Jatiragas pada umumnya adalah pekerja pertanian. Menurut Eman, pendapatan buruh tani sangat rata-rata. Setiap pekerja pertanian menerima gaji sebesar 100.000 riel per hari kerja.

“Biaya bersihnya Rp 105.000 per orang, tunai Rp 80.000, saya beli rokok Rp 25.000,” ujarnya.

Dilihat dari keadaannya, kondisi sawah di kawasan Eman dalam kondisi baik. Tutupan tanaman yang berwarna hijau hingga kuning menandakan musim panen telah tiba. Namun jika dicermati pada bagian samping padi, terdapat gulma atau parasit yang mengganggu pertumbuhan padi.

Eman mengatakan, seringkali juga sulit mendapatkan pupuk. Kata dia, penjualan pupuk bersubsidi dibatasi demi pemerataan. Namun, dia prihatin dengan individu yang menggunakan pupuk.

“Pupuk disalurkan per hektar, ada 2 kasus kekurangan pembelian, ada yang tidak hidup asal punya KK (Kartu Keluarga) bisa dikembalikan. (Pupuk) Orang yang tidak hidup untuk dijual kepada orang lain itu tidak benar, sehingga banyak orang yang tidak menerima.

Petani terbantu dengan bekerja sama dengan Bulog. Lihat halaman berikutnya.

(Tersedia / Foto)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top