Duduk Perkara Pesta Kembang Api Beach Club Bali Vs Desa Adat

Jakarta –

Bali Beach Club menjadi sorotan. Mereka bersikeras mengadakan pesta kembang api saat masyarakat Bali sedang merayakan agama Hindu. Begini cara masalahnya terjadi:

Kembang api di Pantai Berawa di Kuta Utara, Bali menuai kontroversi. Finns Beach Clup menyalakan kembang api saat umat Hindu merayakan keagamaan di pantai Video beberapa ANBALI NEWS pesta kembang api di Pantai Berawa menjadi viral di media sosial.

Berdasarkan video promosi, beberapa kali roket meledak saat Ida Sulingih bernyanyi khusyuk di pesta Pamiosan. Orang-orang yang menghadiri upacara tidak bisa berkutik saat menyaksikan kembang api meledak di depan mereka.

Meski demikian, Ida Sulingih tetap berdoa dan berdoa. Bel berbunyi dengan suara kembang api. Suasananya harusnya benar-benar sepi. Anda juga dapat mendengar musik dansa elektronik (EDM) yang terdengar dari kejauhan.

Warga mengatakan pertunjukan kembang api di klub tersebut terjadi hampir setiap hari. Penduduk setempat mengungkapkan bias Barat mereka, namun pengelola tempat hiburan mengabaikannya.

Kelian Adat Berawa I Wayan Kumarayasa mengatakan pada hari Rabu: “Kami diberikan surat dari pertemuan warga adat Banjar yang menolak kembang api setiap hari. Namun permintaan kami tidak dipertimbangkan. “Tidak dan kami terus menembakkan roket setiap hari”. 2024) .Alasan mendapatkan izin dari polisi

Pesta Kembang Api Pantai Berawa belakangan ini menjadi atraksi masyarakat. Video pesta kembang api di tempat wisata menjadi populer di media sosial karena diadakan bersamaan dengan upacara keagamaan yang diselenggarakan oleh umat Hindu setempat.

Kumarayasa mengatakan, warga setempat sudah lama mengeluhkan suara kembang api. Menurutnya, pengelola klub pantai tersebut bersikeras menembakkan kembang api di pantai dengan alasan mendapat izin dari polisi.

“Setiap kami mengadu kepada pengelola, kami selalu memberikan surat yang menyatakan bahwa pengelola telah mendapat izin dari polisi untuk mengadakan kembang api,” kata Kumarayasa.

Kumarayasa belum bisa memastikan apakah ada komunikasi antara pengelola beach club dengan warga Banjar Adat Tegal Gundul, Canggu, saat upacara keagamaan di Pantai Berawa. Berdasarkan video yang dibagikan, tampak Ida Sulingih sedang khusyuk bernyanyi di Pesta Pamiosan di Pantai Berawa.

Beberapa saat kemudian, roket tersebut beberapa kali meledak disertai petir dan kilatan cahaya. Masyarakat yang menghadiri upacara tak bisa berkutik menyaksikan kembang api meledak tak jauh dari situ.

Sementara Ida Sulingih terus berdoa dan berdoa. Lonceng dibunyikan dengan tembakan roket yang berulang-ulang. Lambat laun, musik dansa elektronik (EDM) terdengar dari kejauhan, menandakan para turis sedang berpesta.

Selain pertunjukan kembang api yang kontroversial, penduduk setempat juga mengeluhkan kebisingan dari Finns Beach Club. Suara itu berlanjut hingga dini hari.

Kumarayasa berkata, “Musik tidak harus didengar dengan jelas.

Diakui Kumarayasa, terkadang suara musik dari beach club terdengar jelas hingga ke rumah-rumah warga. Dia mengatakan pengelola venue harus mengecilkan musiknya agar tidak mengganggu penduduk setempat.

“Kami ingin mengatakan bahwa musik hanya boleh diputar di venue. Seharusnya tidak melampaui suara musik,” katanya.

Kumarayasa menyebut kondisi itu berlebihan. Di sisi lain, masyarakat senang dengan kemajuan yang ada di desanya. Di sisi lain, mereka juga ingin pengelola venue memperhatikan kenyamanan penghuninya.

“Jarak rumah saya ke banyak beach club sekitar 500 meter. Bahkan sampai jam 12 malam pun masih terdengar jelas. Kalau bisa musiknya pelan-pelan,” pintanya.

Bali I Nyoman Kenak, presiden Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), berduka atas pesta kembang api di klub pantai saat umat Hindu mengadakan upacara keagamaan di Pantai Berawa, utara Kuta, Badung. PHDI Bali kini tengah mendalami komisi atraksi kembang api tersebut.

Kenak mengatakan, menampilkan kembang api saat umat Hindu sedang berdoa di Pantai Berawa merupakan bentuk pelecehan. “Paling tidak harus segera dihubungi,” kata Kenak, Rabu (16/10/2024).

Kenak menyadari kejadian tersebut berisiko bagi perkembangan pariwisata di Koh Preah. Menurut Anda, pihak penyelenggara sebaiknya berkoordinasi dengan desa adat setempat sebelum mengadakan pertunjukan kembang api di kawasan wisata. Apalagi waktunya bertepatan dengan prosesi keagamaan yang digelar warga setempat.

Ia menambahkan: “Kami percaya bahwa semua upacara keagamaan harus dikoordinasikan dengan desa adat dan desa Pekalang termasuk wilayahnya. “Pariwisata”.

PHDI Bali mendorong kasus tersebut diproses oleh pihak kepolisian atau Satpol PP. “Dan tentunya kami akan segera patuhi hukumnya,” tutupnya.

(Pj) Gubernur Bali Sang pun meminta maaf kepada Mahendra Jaya atas kejadian tersebut. Pemerintah Bali (Pemprov) memanggil penyelenggara pesta kembang api tersebut.

Mahendra kepada ANBALI NEWSBali, Rabu (16/10/2024) “Kami sangat menyayangkan adanya kembang api di tengah ritual umat Hindu. Ketika video itu menjadi viral, itu sangat tidak pantas.”

Mahendra menjelaskan, Satpol PP Bali akan meminta klarifikasi kepada beberapa pihak terkait perayaan kembang api tersebut. Ia mengatakan, industri pariwisata Bali dibangun di atas budaya.

Bukan karena suara kembang api, imbuh mantan pegawai Kementerian Dalam Negeri itu.

Sebelumnya, Grace Anastasia Surya Widjaja, Dewan Perwakilan Rakyat Bali (DPRD), juga mengecam pesta kembang api tersebut. Bali terkenal dengan toleransi yang tinggi, kata Grace. Namun, dia menyayangkan pesta kembang api itu terjadi saat umat Hindu sedang beribadah.

“Jika ini dimaksudkan ketika umat Hindu sedang bernyanyi, saya mengutuk keras tindakan tersebut,” kata Grace.

——-

Artikel ini diposting di ANBALI NEWSBali. Simak video “Kemenparekrf Siap Cek Sanur Beach Club yang Disebut Bikin Macet” (wsw/wsw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top