Jakarta –
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) berbicara tentang peluang Indonesia menjadi basis produksi mobil hybrid di pasar global. Mereka menegaskan, sebelum level tersebut tercapai, ada syarat penjualan yang harus dipenuhi.
Bob Azam selaku Vice President, Director PT TMMIN mengatakan penjualan mobil hybrid di Indonesia pada semester pertama tahun ini hanya 25 ribu unit. Jadi, pada akhir 2024 kemungkinan besar angkanya tidak akan mencapai 50 ribu unit.
Padahal, untuk menjadi basis produksi mobil hybrid, penjualannya harus mencapai 100 ribu unit per tahun. Pecahannya tersebut mewakili 10 persen dari total penjualan kendaraan roda empat di Indonesia.
“Jadi untuk mencapai investasi sebesar itu, kita perlu 100 ribu unit per tahun. Kalau mencapai 100 ribu unit, Indonesia akan menjadi basis produksi. Makanya kita harus cepat dan konsisten,” kata Bob dalam forum diskusi bersama wartawan. di BSD, Tangerang Selatan.
Bob menjelaskan, tingginya penjualan membuat pabrikan percaya diri memproduksi mobil hybrid di dalam negeri. Hal ini karena lokalisasi produk seringkali mengacu pada data permintaan suatu negara.
“Kita sudah mencapai 50 ribu unit hybrid (per tahun). Makanya kita harus analisa, bangun pabrik 100 ribu unit. sebuah ekosistem”, ujarnya.
“Kalau soal elektrifikasi, lokalisasi hanya fokus pada bagian yang bersifat kelistrikan. Bukan seperti lokalisasi model konvensional, seperti baterai, PCU, dan lain-lain,” imbuhnya.
Bob secara tidak langsung meminta pemerintah memberikan insentif agar penjualan mobil hybrid melonjak di Indonesia. Toh kendaraan ini masuk dalam kategori mobil ramah lingkungan.
“Kami selalu positif (terhadap peluncuran mobil hybrid baru), kami hanya butuh dukungan dari pemerintah agar lebih terjangkau,” ujarnya. Simak video “Mengenal Cara Kerja Wuling New Almaz RS Pro Hybrid” (sfn/torr)