PR Besar di Depan Mata Prabowo: Atasi Deflasi-Cetak Lapangan Kerja Baru

Jakarta –

Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan berakhir pada 20 Oktober 2024 dan digantikan oleh pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto. Dengan pergantian periode kepemimpinan, ada sejumlah “pekerjaan rumah” besar yang dirasa perlu segera diselesaikan oleh pemerintahan mendatang.

Ketua Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Opindo) Sutrisna Ivantona mengatakan salah satu permasalahan besar yang dihadapi pemerintahan Prabowo di awal pemerintahannya adalah permasalahan inflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut.

Sebab, menurutnya, inflasi yang disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat dapat berdampak pada menurunnya permintaan terhadap barang dan jasa. Situasi ini tentu dapat memperlambat sektor usaha dan industri dalam negeri secara langsung.

“Inilah yang membuat kita khawatir, beban-beban tersebut akan menjadi beban pemerintahan baru, karena banyak permasalahan yang ditinggalkan oleh pemerintahan lama,” kata Sutrisna kepada Datecom, Selasa (8/10/2024).

Sutrisna kemudian menilai beberapa peraturan atau kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pada masa kepemimpinan Jokowi bisa menjadi beban bagi pemerintahan berikutnya juga. Misalnya, kebijakan terkait pendanaan tapera meringankan pembatasan produk tembakau

“Banyak aturan yang bikin heboh. Misalnya saja waktu itu Tapera, dan yang terbaru adalah janji menabung di dana pensiun. Itu menimbulkan resistensi,” tuturnya. “Hal ini berdampak pada perusahaan tembakau, perusahaan rokok, pelaku usaha tembakau bahkan pedagang yang menjual rokok,” tambah Sutrisna.

Terdapat aturan mengenai pengenaan cukai pada waktu, tempat, dan kelompok sasaran tertentu terhadap pangan olahan yang melebihi batas gula, garam, dan lemak, serta larangan iklan, promosi, dan sponsorship acara.

Misalnya, jelas Sutrisna, “ada permasalahan lain terkait ketentuan Kementerian Kesehatan, antara lain pengaturan kadar gula, garam, lemak pada makanan siap saji.”

“Itu juga menimbulkan ketidakpastian bagi badan usaha, sehingga badan usaha itu cenderung menahan diri, wait and see. Nah, pasti berdampak pada pemerintahan baru,” jelasnya lagi.

Sutrisna juga mengatakan, hal tersebut belum cukup, mendapatkan lapangan kerja di masa depan juga akan menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintahan selanjutnya. Sebab, ketersediaan lapangan kerja secara langsung tidak hanya berdampak pada penyerapan tenaga kerja namun juga daya beli masyarakat.

“Kalau mereka tidak punya uang (karena tidak bekerja), bagaimana mereka berbelanja? Karena lapangan kerja yang ada tidak banyak, maka mereka harus mempersiapkan diri menjadi pekerja mandiri, wirausaha yang setidaknya bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Jangan berharap mendapat pekerjaan di tempat lain, “ke depannya tidak akan mudah,” jelasnya.

Simak Videonya: Bagaimana Pemerintahan Prabowo Menghadapi Utang di Era Jokoi

(fdl/fdl)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top