Toyota Bilang Wajar Bahan Baku Bioetanol Masih Impor, Ini Alasannya

Jakarta –

PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menilai impor bahan baku bioetanol merupakan hal yang lumrah. Sebab, menurut mereka bahan bakar ini masih menjadi tren baru di Tanah Air. Oleh karena itu, segala sesuatunya memerlukan tindakan.

Laporan menunjukkan bahwa Toyota merupakan salah satu dari 4 produsen mobil di Indonesia yang mendukung dan mempromosikan penggunaan non-etanol. Bahkan, mereka berhasil menguji 100% bioetanol pada produk mobil.

Namun Kementerian Koordinator dan Penanaman Modal Kemaritiman (Kemenko Marves) baru-baru ini menyatakan bioetanol tidak layak digunakan di Indonesia. Sebab, bahan baku seperti jagung dan gula masih diimpor dari luar negeri.

Bob Azam, Wakil Direktur PT TMMIN, kaget dengan pernyataan departemen penghubung Marves. Ia menegaskan, wajar jika produk bioetanol mentah diimpor. Pasalnya, adopsi bahan bakar ini masih sangat baru di Indonesia. Dia yakin rencana itu akan berubah di masa depan.

“Yang aneh dari bioetanol, katanya tidak bisa karena masih impor. Ya, diimpor kalau sedang dibangun, bahkan mobil pertama yang dibuat pun diimpor ke dalam negeri,” kata Bob Azam dalam konferensi pers. Wartawan BSD Tangsel.

“Tapi kalau kita tidak ekspor, pembangunan terus. Lalu kita bisa membuat program bagaimana menggantikan barang impor, lalu mengembangkan produksi lokal sesuai isu lokal. Jadi ada programnya. Kalau tidak kita mulai, apa?” akankah kita melakukannya?” Dia menambahkan:

Selain itu, kata Bob, jagung dan tebu bukan satu-satunya bahan baku bioetanol. Saat ini ada beberapa alat yang banyak tersedia di Indonesia. Mulai dari singkong hingga sorgum.

Seperti diberitakan ANBALI NEWSOto sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Transportasi Marves Rachmat Kaimuddin menegaskan bioetanol tidak boleh digunakan di Indonesia. Sebab, bahan baku seperti jagung dan gula masih diimpor dari luar negeri.

“Saat ini kita tidak banyak memproduksi Ethanol. Biasanya etanol berasal dari tebu dan jagung. Hari ini kita impor gula dan jagung. Jadi sekarang untuk memaksakan penggunaan biofuel harus impor,” kata Kaimuddin. Di Gedung Dinas Komunikasi Kelautan dan Perikanan Jakarta Pusat.

Menurut CNBC Indonesia, produksi gula Indonesia mencapai 5,8 juta ton pada periode 2022-2023. Angka-angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu importir gula terbesar di dunia.

Dalam kasus jagung, impornya mengalami penurunan namun masih pada tingkat yang tinggi. Jika sebelumnya mencapai 3,5 juta ton, kini turun menjadi 450.000 ton. Simak video “Respon Jokowi Saat Luhut Minta Pertamina Beli Perusahaan Brazil” (sfn/dry)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top