Jakarta –
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan risiko penyebaran kolera di Lebanon sangat tinggi. Hal ini disebabkan peningkatan kasus diare parah yang berpotensi fatal di sana.
Pada Rabu (16/10/2024), WHO menyoroti risiko penyebaran kolera di antara ratusan ribu orang yang meninggalkan rumah mereka sejak Israel melancarkan serangan darat.
“Jika epidemi kolera menyebar di antara orang-orang yang baru saja pindah, maka penyebarannya bisa sangat cepat,” jelas perwakilan WHO di Lebanon, Abdinasir Abubakar, seperti dikutip Channel News Asia.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengumumkan bahwa kasus kolera telah dikonfirmasi pada seorang warga Lebanon yang dirawat di rumah sakit pada Senin (14/10). Dia menderita diare encer dan dehidrasi.
Menurut departemen kesehatan setempat, pasien dari Ammouniyeh, Lebanon utara, belum pernah bepergian ke luar negeri.
Lebanon mengalami wabah kolera pertama dalam 30 tahun antara tahun 2022 dan 2023, terutama di bagian utara negara tersebut.
Kolera menyebabkan diare parah, muntah-muntah, dan kejang otot. Umumnya kondisi ini disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri.
“Badan kesehatan PBB telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa penyakit ini bisa muncul kembali di tengah ‘memburuknya kondisi air dan sanitasi’ di kalangan pengungsi dan masyarakat tuan rumah,” kata Abubakar.
Jumlah pengungsi di sana semakin bertambah seiring dengan serangan yang dilancarkan Israel. Untuk mencegah penyebaran kolera, masyarakat Lebanon baru-baru ini telah menerima vaksinasi.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan WHO telah memperkuat pengawasan dan pemantauan perilaku, termasuk pemantauan lingkungan dan pengambilan sampel air. Hal ini mengurangi risiko penyebaran kolera lebih lanjut.
“Pada bulan Agustus, Kementerian Kesehatan Lebanon meluncurkan kampanye pencegahan kolera oral untuk 350.000 orang yang tinggal di daerah berisiko tinggi. Namun kampanye tersebut dirusak oleh meningkatnya kekerasan,” ia memutuskan untuk melakukannya. Tonton video “WHO: Ledakan di Lebanon menghancurkan sistem kesehatan yang rapuh” (sao/suc)