Jakarta –
Presiden terpilih Prabowo Subanto disebut berencana menambah layanan dan lembaga (K/L) di pemerintahannya ke depan. Hal ini terlihat dari banyaknya selebritis yang kemarin ditelepon sebagai calon menteri, wakil menteri, dan kepala lembaga.
Dikatakan bahwa sampai batas tertentu ditambahkan dari merger dan akuisisi kementerian sebelumnya. Namun demikian, tidak dapat dijamin susunan kabinet selanjutnya baru akan diumumkan pada Minggu, 20 Oktober 2024 malam setelah pelantikan sebagai Presiden RI.
Septa Dinata, pengajar sekaligus peneliti di Paramadina Public Policy Institute, awalnya menyebut kinerja Presiden terpilih Prabowo merupakan dampak dari gemuknya kabinet dan besarnya koalisi partai pada Pilpres 2024.
Menurut dia, selain jumlah Dewan Menteri yang bertambah, banyak menteri atau wakil menteri pada pemerintahan mendatang yang berasal dari kalangan politik, bukan ahli. Namun, Prabowo belum menyebutkan siapa yang akan menduduki posisi apa.
“Hampir mayoritas (calon menteri/wakil menteri/kepala lembaga) berlatar belakang partai politik. Ini adalah hasil logis dari model koalisi yang dibangun dari bawah ke atas untuk menjamin kemenangan,” kata SEPTA dalam wawancara publik, ‘Moto . Koalisi dan Ekspektasi Anggaran Bocor: Mungkinkah Partai Kubu Prabowo dan Para Menteri Tak Mainkan APBN’, Rabu (16/10/2024).
Meski pemilu sudah usai, pemerintah sejak awal sibuk mengurus kelompok yang tidak tergabung dalam koalisi presiden terpilih kita, ujarnya.
Namun yang mengkhawatirkan SEPTA, selama ini sebagian besar menteri yang terlibat kasus korupsi berlatar belakang politik. Dia mengatakan, situasi seperti ini bisa terjadi karena para menteri tersebut lebih mengutamakan kepentingan partai dibandingkan kepentingan individu atau negara dalam merumuskan kebijakan.
“Sebagian besar menteri yang terlibat kasus korupsi adalah wakil partai. Saya kira masalahnya ada pada struktur politik kita,” ujarnya.
“Inilah inti permasalahannya, jika menteri yang dilantik berasal dari partai, menduduki jabatan, aktif sebagai anggota partai, maka independensi dalam pengambilan kebijakan menteri sulit dipertahankan. Menteri punya satu kaki di kelompok, ketuanya satu-satunya,” jelas Septa lagi.
Terakhir, SEPTA ragu APBN akan diurus dengan baik oleh kabinet kerja pemerintahan mendatang. Sebab, tidak menutup kemungkinan anggaran yang ada justru digunakan untuk kepentingan partai, baik melalui korupsi maupun dalam bentuk bagi hasil proyek pemerintah.
Saya kira sulit bagi kita untuk mengharapkan lebih dari itu, kabinet bentukan Pak Prabowo benar-benar bisa lepas dari ‘permainan APBN’ ini, kata Septa.
Maka menurut SEPA, satu-satunya cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memperkuat lembaga antikorupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi.
“Kalau memang ada semangat dari Pak Pravov, maka KPK perlu diperkuat lagi. Artinya, tanpa adanya kemauan politik dari pimpinan nasional, KPK tidak akan berfungsi dengan baik,” ujarnya.
TONTON: Video calon menteri berbaju putih saat membahas isu tersebut di Hambalang
(fdl/fdl)