Seoul –
Direktur Utama PT Angkasapura Indonesia (Engineering Airports) Faiq Fahmi mengatakan Indonesia masih kekurangan armada sebanyak 350 pesawat. Hal ini juga disebut-sebut menjadi salah satu penyebab mahalnya harga tiket pesawat di Indonesia.
Dibutuhkan sekitar 350 pesawat tambahan untuk mencapai kondisi ideal melayani lalu lintas bandara di Indonesia, kata Fike. Saat ini hanya 420 pesawat yang beroperasi, penurunan yang sangat besar dibandingkan situasi sebelum Covid-19.
Saya lihat tinggi karena supply dan demand tidak seimbang. Tahun 2018 ada sekitar 740 pesawat yang beroperasi di rute domestik, tapi sekarang setelah COVID hanya 420 pesawat. .” Dan itu sebenarnya “belum cukup untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara di Indonesia,” kata Faik dalam wawancara eksklusif di Seoul, Korea Selatan (Korsel) pada Rabu (16/10/2024).
Apalagi Indonesia mempunyai jumlah bandara yang banyak. Berdasarkan catatan mereka, terdapat 251 bandara di Indonesia, 37 di antaranya dikelola oleh Bandara Injerni.
“Yang terjadi saat ini supply dan demand tidak seimbang, harga tiket naik. Masyarakat menjualnya dengan harga tinggi, kenapa harus diturunkan (harga tiket pesawat)? Itu saja.” Solusi terbaik untuk masalah ini adalah dengan menambah jumlah pesawat yang beroperasi.
Untuk itu, strategi yang akan dilakukan Bandara Injerni ke depan adalah dengan mendorong lebih banyak perjalanan penumpang dan kargo yang masuk ke wilayah Indonesia. Hal ini akan terus dilakukan baik oleh pesawat Indonesia maupun asing.
Permasalahan lain yang dihadapi maskapai penerbangan adalah sulitnya memperoleh suku cadang atau suku cadang pesawat. Terkait hal tersebut, Fike menjelaskan pemerintah akan memberikan insentif untuk mendukung lingkungan bisnis maskapai yang sehat.
“Saat ini sparepartnya susah, kalau ada pajak mahal sekali. Ini yang sedang dibicarakan, termasuk PPN ganda. Kelautan dan Perikanan akan dilaksanakan,” jelasnya.
TONTON VIDEO: Kata Sandi Tiket Garuda Airlines Bali Dipangkas 45%
(bantuan/gambar)