Jakarta –
Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) mengungkapkan, jumlah masyarakat Indonesia yang malas makan sayur dan buah sangat tinggi. Hal ini perlu diwaspadai, apalagi kurang sayur dan buah merupakan faktor risiko penyakit jantung.
Ketua Pokja Penyakit Kardiovaskular, Kementerian Kesehatan Pemerintah Indonesia, Dr. Menurut Fatcha Nuraliah, MKM, 95,5 persen masyarakat Indonesia kekurangan sayur dan buah. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2018, jumlah tersebut sedikit meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 93,5 persen.
“Apa yang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung? Yang pertama adalah merokok, kurang berolahraga, kurang buah dan sayur, serta lebih banyak konsumsi gula, garam, dan lemak,” kata dr Fatcha dalam webinar, Senin. 7/10/2024).
Dari sumber informasi yang sama, prevalensi perokok di Indonesia sebesar 29,3 persen dan masyarakat yang tidak berolahraga secara fisik sebesar 33,5 persen.
Dr Fatcha menjelaskan penyakit jantung merupakan masalah kesehatan dengan biaya tertinggi di Indonesia. Dengan banyaknya masyarakat yang menolak makan sayur dan buah, serta risiko lainnya, risiko mendapatkan uang lebih banyak setiap tahunnya juga bisa ada.
Pada tahun 2023, biaya pengobatan penyakit jantung mencapai Rp 17,6 juta. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 12,14 juta.
“Dengan perilaku buruk ini, biaya penyakit jantung juga sangat tinggi, tahun 2023 biayanya Rp 17,6 juta. Bukan miliaran lagi, tapi jutaan,” ujarnya.
Penting untuk memasukkan buah-buahan ke dalam pola makan yang menyehatkan jantung. Sayuran hijau seperti bayam, kangkung dan brokoli tinggi serat, vitamin dan mineral yang baik untuk kesehatan jantung.
Serat nabati membantu menurunkan kolesterol darah, faktor risiko penyakit jantung. Selain itu, sayuran juga mengandung antioksidan yang mampu melindungi jantung dari kerusakan akibat radikal bebas.
Vitamin K yang banyak terdapat pada sayuran hijau juga dapat membantu mencegah tekanan darah tinggi. Tonton video “Penyakit Jantung Meningkat di Kalangan Muda, Mengapa?” (avk/kna)