Jakarta –
Jika pramugari menyadarinya, penumpang maskapai komersial selalu turun di sebelah kiri. Pintu pesawatnya juga di sebelah kiri ya?
Kami selalu naik dan mendarat dari jet bridge yang dipasang di sisi kiri pesawat. Namun, aerobridge dapat dipindahkan untuk melakukan sinkronisasi dengan berbagai jenis pesawat.
Tapi kenapa harus di sebelah kiri? Sepertinya ada alasan di baliknya, alasannya selalu dari kiri
Alasan sebaiknya selalu naik pesawat dari sisi kiri adalah demi alasan keamanan.
Seperti dikutip Travel + Leisure, mantan pilot Dan Bob mengatakan sebagian besar pengoperasian pesawat dilakukan di sisi kanan pesawat. Mulai dari pengisian bahan bakar, bongkar muat tas hingga makanan.
“Akan sangat berbahaya jika mendudukkan penumpang di sisi tersebut (sisi kanan) pesawat ketika kendaraan dan peralatan lain sedang bergerak.” – kata Buub, profesor di Universitas Nevada, Las Vegas.
Bob mengatakan hal ini terutama berlaku jika penumpang turun dari pesawat melalui tangga, bukan melalui jembatan jet. Dalam kasus seperti ini, pihak bandara ingin menjauhkan penumpang dan awak pesawat dari aktivitas yang berpotensi membahayakan.
Mengapa penumpang turun di pintu kiri saja? Alasan pintu pesawat berada di sisi kiri adalah kombinasi dari beberapa faktor yang mengarah pada logistik dan keselamatan.
Jembatan selalu sejajar dengan sisi kiri pesawat dan dirancang untuk menampung penumpang di sisi kiri pesawat.
Sedangkan sisi kanan tersedia untuk aktivitas lain yang berpotensi membahayakan. Mulai dari pengisian bahan bakar hingga pemuatan kargo.
Faktanya, praktik berlayar di sisi kiri sudah ada sebelum pesawat terbang. Hal ini terlihat pada port dan starboard, keduanya merupakan istilah bahari yang digunakan untuk membedakan sisi kiri dan kanan kapal. Secara etimologis, kata “sisi pelabuhan” mengacu pada pelayaran dari sisi pelabuhan.
Setelah perubahan waktu, kini Anda dapat berlayar di kedua sisi kapal. Namun, penumpang naik dan turun dari sisi kiri pesawat. Tonton video: “Video: ANBALI NEWS sebelum pesawat mendarat di bandara Beirut sebelum ledakan besar” (kq/fds)