Wonidogol –
Ada banyak kota di dunia yang ditinggalkan penduduknya dan menjadi kota hantu. Alasan seperti bencana akibat krisis iklim sering dijadikan alasan.
Baru-baru ini ada laporan bahwa krisis iklim semakin parah. Hal ini meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir, kekeringan, badai, kebakaran hutan, dan suhu ekstrem. Para ahli berpendapat banyak tempat yang terbengkalai dan berubah menjadi kota hantu akibat perubahan iklim.
Gia Vince berkata: “Kita sudah akan melihat pergerakan orang-orang yang berpindah dari daerah yang paling terkena dampak badai, kenaikan permukaan laut dan banjir. Api menghirup semua asap tersebut.” Seperti dilansir CNN, Jumat (1/11/2024).
Vince adalah penulis ‘Nomad Century: Bagaimana Migrasi Iklim Akan Membentuk Kembali Dunia Kita’. Dia menyebutkan kebakaran hutan di Hawaii, California dan Australia serta banjir di Bangladesh sebagai penyebab terbaru pengungsian.
“Berapa Banyak yang Akan Kembali Setelah Kebakaran di Lahaina, Hawaii?”
“Mereka terpaksa meninggalkan tradisi, keluarga, teman, kuburan nenek moyang, bahasa mereka, karena tempat ini sudah tidak layak lagi,” tambah Vince.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari 20 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka setiap tahun karena cuaca ekstrem. Faktanya, para peneliti memperkirakan bahwa pada akhir abad ini, sekitar 3 hingga 6 miliar orang yang selamat akan tinggal di luar kawasan.
Dari sudut pandang pariwisata secara umum, kawasan yang terdegradasi lebih besar kemungkinannya untuk ditinggalkan oleh wisatawan. Vince mencontohkan resor ski alpine yang tidak mendukung aktivitas ski salju. Atau Spanyol dan Mediterania yang mengalami gelombang panas dan kebakaran hutan.
Namun, ternyata kehancuran menjadi perhatian khusus dalam apa yang disebut ‘pariwisata gelap’. Kota ini kemungkinan akan menjadi kota hantu karena perubahan iklim.
Philip Stone dari University of Central Lancashire, yang menjalankan Dark Tourism Research Institute, menjelaskan:
“Perubahan iklim akan menyebabkan matinya bentang alam dan kita akan berduka atas penurunan tersebut,” tambahnya.
Berikut lima kota mati di dunia akibat perubahan iklim: Vunidogoloa dan Fuji
Sebagai negara kepulauan, Fiji paling rentan terhadap dampak perubahan iklim akibat kenaikan permukaan air laut dan penguatan angin topan.
Artinya, puluhan masyarakat pesisir Fiji direlokasi oleh pemerintah ke tempat yang lebih tinggi.
Ambil contoh desa kecil di tepi pantai Vunidogoloa di Vanua Levu. Meskipun merupakan pulau terbesar kedua di negara ini, desa ini merupakan desa pertama yang direlokasi ke pegunungan pada tahun 2014.
Hanya satu desa yang tersisa yang kini berhutan. Pulau Jena Charles, Louisiana
Seperti Fiji, masyarakat pesisir di Louisiana juga terkena dampak kenaikan permukaan laut. Selain itu, erosi pantai dan gelombang badai semakin parah akibat perubahan iklim.
Sebuah pulau di Teluk Meksiko, Île de Jean Charles memiliki luas 22.000 hektar sekitar 129 mil selatan New Orleans. Namun kini luasnya berkurang menjadi 320 hektar.
Terletak sekitar 40 mil sebelah utara pulau, komunitas lokal yang mengaku sebagai keturunan penduduk asli Amerika juga membantu membangun pemukiman tersebut.
Akibatnya, pada Oktober 2023, seluruh warga kecuali empat keluarga pindah ke kawasan berjuluk Ile de Jean Charles.3. Kotul Mori, Moldova
Moldova adalah salah satu negara paling rentan terhadap perubahan iklim di Eropa. Negara ini menghadapi bahaya iklim seperti gelombang panas, kekeringan, badai, dan banjir.
Dampak banjir juga sangat berdampak pada sektor pertanian sehingga menimbulkan kerusakan dan kerugian yang cukup besar. Akibatnya, beberapa desa dianggap rusak parah dan tidak dapat diperbaiki lagi.
Faktanya, Kotul Mori, pemukiman di tepian Sungai Prut, pernah terendam banjir besar pada tahun 2010. Alih-alih membangun kembali, pemerintah menyerah dan mendirikan desa baru, Kotul Mori, sembilan mil jauhnya dari lokasi semula. .4. Resor Ski Chakaltaya di Bolivia
Dulunya merupakan resor ski tertinggi di dunia, dengan penginapan di ketinggian sekitar 17.388 kaki di gunung berbatu. Dibuka pada tahun 1930-an, resor ini menyambut para pemain ski dan snowboarder di musim dingin selama beberapa dekade.
Namun tempat tersebut telah ditutup sejak 2009. Ini terjadi setelah gletser Chakalthaya di gunung berusia 18.000 tahun mencair sepenuhnya akibat perubahan iklim. Sebagian besar salju mencair bersamanya.
Akibatnya, bekas resor, kafe, bar, dan bahkan resor ski pun ditinggalkan. Walmere, Illinois
Pada Banjir Besar Mississippi tahun 1993, kota kecil Valmere, Illinois, AS tenggelam. Sebagian besar bangunan milik warga hancur diterjang banjir.
Dengan dukungan pemerintah masyarakat, 900 orang direlokasi di salah satu sisi tebing.
Saat ini, Valmeyer baru sedang berkembang pesat. Sedangkan kota tua yang terletak di dataran alami dimanfaatkan untuk pertanian dan rekreasi. Saksikan video “Video: Gambar Danau Tertua dan Terdalam di Eropa yang Terancam Polusi” (wkn/wsw)