Anjingnya Mati Setelah Dipindah ke Kelas Ekonomi, Pemilik Gugat Maskapai

Jakarta –

Pemilik anjing patah hati saat mengetahui hewan peliharaan kesayangannya telah mati. Bulldog tersebut diyakini mati karena stres selama penerbangan.

Michael Contillo menggugat Alaska Airlines pada 16 Oktober setelah dua anjing bulldog Prancis miliknya, Kora dan Ash, diminta berpindah kursi dari kelas satu ke kelas ekonomi, lapor Independent, Selasa (29/10/2024). Dalam gugatannya, ia mengklaim pihak maskapai melanggar kontrak tiket dengan menyebabkan anjingnya Ash menjadi gelisah sehingga menimbulkan gangguan kesehatan selama penerbangan yang mengakibatkan kematian anjing tersebut.

Contillo terbang ke San Francisco dari Bandara Internasional John F Kennedy di New York pada tanggal 1 Februari bersama anjingnya, termasuk Ash. Anjing berusia empat tahun itu dalam keadaan sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit atau operasi.

Pemilik anjing tersebut terbang ke New York pada November 2023 di kabin kelas satu Alaska Airlines tanpa kesalahan. Sebelum terbang ke San Francisco pada bulan Februari, Contillo membawa kedua anjing tersebut ke dokter hewan untuk pemeriksaan kesehatan guna memastikan mereka fit untuk terbang ke luar negeri, yang keduanya lolos.

Contillo menyatakan dalam gugatannya bahwa dia sengaja membeli dua tiket kelas satu agar anjingnya memiliki lebih banyak ruang dan bisa naik pesawat lebih awal. Dia juga memesan tempat duduk untuk anjing di kabin sebelum penerbangan, membayar tambahan USD 100 (sekitar Rp 1,6 juta) per anjing di bandara, dan membeli serta menggunakan rumah anjing yang memenuhi persyaratan ukuran bandara.

Contillo, ayahnya dan dua anjingnya menaiki pesawat di baris keempat kelas satu. Namun, sesaat sebelum pesawat hendak lepas landas, seorang pramugari Alaska Airlines dan karyawan tak dikenal lainnya meminta mereka pindah ke landasan pacu 11 demi alasan keselamatan.

Contillo menjelaskan kepada staf bahwa anjingnya mematuhi kebijakan bandara dan akan terlalu berbahaya membawa anjing pada saat ini.

“Melatih anjing sekarang akan membuat mereka sangat gelisah dan bersemangat, yang dapat menyebabkan masalah pernapasan dan jantung yang sangat berbahaya. Perubahan ini bisa berakibat fatal bagi anjing, terutama sebelum Anda mengubah ketinggian,” katanya.

Ia menambahkan, area yang digeledah petugas sempit dan ramai. Namun, staf mengabaikan apa yang diberitahukan kepada mereka dan mengatakan bahwa mereka harus pindah ke kabin kelas ekonomi.

Saat pesawat siap lepas landas, Contillo mengatakan dia setuju, namun saat itu anjingnya, Ash, mulai bernapas sangat cepat dan berat. Anjing itu sedih.

Contillo diinstruksikan bahwa pesawat harus dimatikan setelah lepas landas, dan dia melakukan sesuai perintah. Dia memperhatikan bahwa untuk waktu yang singkat Ash berhenti bergerak, tetapi dia tidak dapat mengendalikan anjing itu sampai mencapai ketinggian tertentu.

“Pada saat (Contillo) dan ayahnya turun dari pesawat di Bandara Internasional San Francisco, tubuh Ash sudah benar-benar lemas dan setelah menyadari anjingnya mati, Contillo dan ayahnya langsung menangis,” lanjut gugatan tersebut. .

Gugatan tersebut juga menuduh seluruh awak pesawat, termasuk pilot, turun dari pesawat dan tidak menunjukkan simpati atas kematian anjing Contillo.

“Mereka melihat anjing kami yang mati. Mereka melihat saya menangis. Tak satu pun dari mereka berhenti untuk menawarkan bantuan atau kenyamanan,” kata Contillo kepada Silicon Valley, outlet berita online lokal.

Dia bilang dia akan merindukan Ash dan selalu mengingatnya. Contillo mengatakan dia menderita tekanan emosional karena kelalaian maskapai tersebut dan meminta ganti rugi ke pengadilan.

Pengacara Contillo, James Drake, mengatakan maskapai tersebut menolak tawaran penyelesaian yang wajar pada Jumat lalu (18 Oktober). Tonton video “Penumpang Alaska Airlines tetap tenang saat jendela pesawat pecah” (sym/fem)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top