Jakarta –
Deflasi atau anjloknya harga komoditas yang terjadi dalam lima bulan terakhir menimbulkan keresahan di kalangan pengusaha dan berpotensi memicu badai PHK di berbagai sektor usaha.
Ketua Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sutrisno Iwantono awalnya menjelaskan, deflasi akibat menurunnya daya beli masyarakat bisa berdampak pada penurunan permintaan barang dan jasa. Tentu saja, kondisi ini dapat membuat sektor bisnis dan industri dalam negeri semakin lamban.
“Tentunya kalau disebabkan oleh turunnya permintaan, berarti permintaan produksi barang juga ikut turun. Ini akan membuat kehidupan dunia usaha menjadi rileks,” ujarnya kepada ANBALI NEWS, Selasa (8/10/2024).
Perlambatan di sektor bisnis dan industri ini mungkin menyebabkan sejumlah perusahaan melakukan efisiensi, atau PHK massal. Sutrisno tidak yakin jumlah pegawai yang terkena dampak PHK ini akan terus bertambah hingga tahun 2025.
“Jadi diperkirakan jumlah PHK akan terus meningkat, tahun ini dan tahun depan. Saya belum punya angka pastinya, tapi yang jelas gelombang PHK atau setidaknya lapangan kerja tidak akan bagus. karena kondisi perekonomian sebelumnya,” ujarnya.
Sebab, kata dia, selain lesunya perekonomian Indonesia akibat deflasi dan permasalahan lainnya, bebannya sendiri adalah tuntutan untuk mengekspor barang lebih banyak.
Tak ketinggalan, Sutrisno menyebut tren transformasi bisnis yang dilakukan berbagai sektor usaha juga menjadi penyebab lain terjadinya badai PHK. Karena banyak pekerjaan manusia yang tergantikan oleh mesin.
“Karena praktik bisnis global cenderung lebih padat teknologi. Lebih banyak menggunakan teknologi, sehingga banyak perusahaan yang menggantikan tenaga manusia dengan tenaga mesin,” jelas Sutrisno.
“Jadi PHK bukan semata-mata karena perekonomian buruk. Kondisi perekonomian buruk memang ada, tapi di luar itu ada praktik bisnis yang kurang memihak pada lapangan kerja,” tutupnya.
(fdl/fdl)