Jakarta –
Calon Gubernur nomor urut 2 Dharma Pongrekun memberikan saran mengenai jaminan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan kepada anak-anak di DKI Jakarta. Salah satu anjurannya adalah dengan mengonsumsi daun katuku untuk meningkatkan produksi ASI (ASI).
Dharma pertama kali menanggapi pemaparan calon gubernur nomor urut 1 Ridwan Kamil yang mendapat pertanyaan dari panelis bahwa berdasarkan survei, hanya 60,3 persen anak di DKI Jakarta yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan.
Sedikit saya tambahkan agar ibu bisa mempersiapkan ASInya agar lancar dengan mengonsumsi daun katuku yang banyak, sehingga ibu tidak perlu lagi memaksakan ASI untuk dipompa,” ujarnya pada Debat. Pilkada DKI Jakarta 2024 di Ankol, Jakarta Utara, Minggu (27/10/2024) malam. Apa itu daun Katuk?
Dikutip Fakultas Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Pengetahuan Alam (FIKIA) Universitas Erlanga (Unair) Banjuwangi Daun katuk (sauropus androgynus) banyak dijumpai di Indonesia. Sebagian masyarakat memanfaatkan daunnya sebagai obat herbal tradisional dan pakan ternak.
Daun katuku dikenal masyarakat Jawa sebagai sayuran dan pewarna makanan. Daun katuku hanya ditanam sebagai tanaman hias di pagar tanaman dan pekarangan, namun cara perbanyakannya dapat dikembangkan pada penanaman tersendiri.
Ekstrak daun katuk secara tradisional digunakan untuk meningkatkan produksi ASI. Proses laktasi dirangsang oleh peningkatan kadar hormon prolaktin dan oksitosin. Vitamin A berasal dari karoten dari ekstrak katuk.
Vitamin A mensintesis retinol yang bereaksi dengan asam lemak untuk merangsang pelepasan hormon prolaktin. Kehadiran hormon prolaktin merangsang perkembangan kelenjar sekretori pada saluran intralobular. Peningkatan aktivitas kelenjar yang mensekresi lipid dan jaringan adiposa monolokular dapat mempersiapkan kelenjar susu sebelum ASI dikeluarkan.
Ekstrak daun air katuk 10g/200ml, dipelajari pada model hewan percobaan, juga menunjukkan penurunan glukosa darah. Pengukuran menggunakan skor indeks glikemik (GI) menunjukkan penurunan aktivitas sebesar 50 persen dibandingkan glukosa darah normal.
Pada penelitian lain, dosis 250 mg/kg BB ekstrak etanol daun katuk menurunkan glukosa darah dan glikogen hati pada tikus yang diinduksi aloksan. Penurunan kolesterol total dan trigliserida ditunjukkan pada dosis yang sama. Penurunan kadar enzim ALT, AST dan ALP menunjukkan adanya penurunan aktivitas oksidatif di hati.
Kandungan saurosida dan beberapa metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, fenol, terpenoid, glikosida dan beberapa vitamin seperti karotenoid dan tokoferol bermanfaat dalam banyak obat tradisional. Penerapan kesederhanaan ekstraksi yang paling sederhana adalah ekstrak air dengan cara merebus daun, bunga dan bijinya.
Meskipun telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengevaluasi khasiat daun katuku, namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menciptakan sediaan farmasi berupa obat paten yang dapat digunakan sebagai terapi. Tonton video “Kata Dokter Anak tentang Umur Panjang ASI” (suc/kna)