Geger Anggur Muscat Mengandung Residu, Bapanas Bakal Investigasi

Jakarta –

Badan Pangan Nasional (NFA) telah menanggapi laporan kesimpulan pemeriksaan anggur muscat dari Tiongkok oleh otoritas Thailand. Menurut kabar yang beredar, anggur muscat mengandung residu kimia berbahaya di atas kadar maksimum yang diperbolehkan.

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengungkapkan Badan Pangan Nasional sebagai otoritas kompeten keamanan pangan (OKKP) berkomitmen melindungi keamanan pangan di Indonesia. Terkait pemberitaan kandungan kimia pada anggur muscat tua, Bapanas akan mendalami stok di Indonesia.

Terkait pemberitaan media mengenai wine Shine Muscat asal Tiongkok, NFA dan OKKP akan melakukan investigasi lebih lanjut. Hal tersebut mencakup proses pengambilan sampel dan pengujian laboratorium untuk memastikan keamanan produk yang didistribusikan di pasar Indonesia. komitmen kami “untuk memastikan pangan, khususnya pangan segar yang beredar di Indonesia aman dikonsumsi,” kata Arief dalam keterangan tertulis, Rabu (30/10/2024).

Arief mengatakan, berdasarkan Perpres Nomor 66 Tahun 2021 yang merupakan tindak lanjut UU 18 Tahun 2012 tentang Pangan, salah satu kewenangan Badan Pangan Nasional adalah memastikan pangan segar yang didistribusikan adalah asuransi. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan dua cara yaitu pemberian izin dan pengawasan peredarannya.

“Kami mengimbau masyarakat tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak mudah diverifikasi. NFA akan terus memberikan informasi keamanan pangan segar secara transparan sesuai prosedur pemantauan keamanan pangan segar yang berlaku,” kata Arief. Lebih lanjut, Plt Deputi Direktur Keanekaragaman Konsumen dan Keamanan Pangan NFA Yusra Egayanti menyatakan, pihaknya terus memperkuat aturan mengenai Batas Maksimum Residu (MRL) pestisida untuk keamanan pangan.

“Standar MMR untuk pestisida diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 53 Tahun 2018. Saat ini NFA sedang menyempurnakan standar BMR dalam Peraturan Badan Pangan Nasional yang saat ini sedang dalam tahap harmonisasi, dengan mempertimbangkan dengan mempertimbangkan konsumsi pangan dan praktiknya i.

Sesuai dengan Peraturan Badan Pangan Nasional no. 1 Tahun 2023 tentang Label Pangan Segar, NFA juga mewajibkan label mencantumkan petunjuk pemberian untuk memastikan produk aman dikonsumsi.

“Khusus buah anggur, kita mempunyai legenda “Cuci sebelum dikonsumsi”. Proses pencucian ini sangat penting untuk mengurangi resiko residu atau kontaminasi yang mungkin tertinggal pada permukaan buah, mengingat anggur merupakan produk yang umumnya dikonsumsi. secara langsung.

“Kami juga mengimbau masyarakat untuk selalu menerapkan praktik keamanan pangan seperti membaca label dan berhati-hati sebelum membeli, sehingga masyarakat semakin teredukasi tentang pentingnya keamanan pangan,” kata Yusra.

Yusra menambahkan, produk pangan segar yang memiliki izin edar telah melalui proses evaluasi persyaratan keamanan pangan, salah satunya pengujian laboratorium. Namun untuk meningkatkan keamanan pangan, Badan Pangan Nasional bersama Dinas Pangan seperti OKKPD terus melakukan pemantauan berkala terhadap produk pangan yang beredar, dan dilaporkan melalui Sistem Informasi PSAT (Makanan Segar Nabati).

“Hasil pengambilan sampel yang dilakukan pada tahun 2023 dan 2024 menunjukkan bahwa wine yang beredar berada di bawah ambang batas BMR sehingga aman untuk dikonsumsi. Namun, wine Shine Muscat yang menjadi perhatian di Thailand, menurut arahan Kepala Dinas. Badan Pangan Nasional, kami akan lanjutkan penyelidikannya,” jelas Yusra.

Sekadar informasi, baru-baru ini Jaringan Peringatan Pestisida Thailand (Thai-PAN) mengungkap hasil kontaminasi bahan kimia pada sebagian besar sampel anggur anggur. Hasil laboratorium PAN Thailand menemukan residu bahan kimia berbahaya berada di atas batas maksimum yang diizinkan.

Thai-PAN, Dewan Konsumen Thailand (TCC) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) mengungkapkan hasil uji laboratorium pada Kamis lalu.

“TCC membeli 24 sampel wine populer dari lokasi berbeda, termasuk dua dari toko online, tujuh sampel dari pedagang sayur dan pasar produk segar, dan 15 dari supermarket, pada tanggal 2 dan 3 Oktober. Harga berkisar antara 100 (atau sekitar Rp 46.000) hingga 699 baht (atau sekitar Rp 300.000) per kilogram,” kata Prokchon Usap, koordinator Thai-PAN, seperti dikutip ANBALI NEWSHealth seperti dilansir Bangkok Post.

Hasilnya, hanya sembilan sampel yang bisa diidentifikasi sebagai barang impor dari China. Sedangkan 15 sampel lainnya belum dapat diidentifikasi.

“Sungguh mengejutkan ketika kami melihat 23 dari 24 sampel mengandung residu pestisida yang melebihi batas yang diizinkan,” ujarnya. (da/da)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top