Jakarta –
Pada 100 hari pertama kepemimpinannya, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid akan meningkatkan keamanan digital bagi anak dan perempuan. Namun upaya Matia tersebut belum menjawab permasalahan mendasar yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini, khususnya di industri digital.
Analis telekomunikasi Kamilov Sagala mengatakan bahwa sebagai andalan digitalisasi, sektor telekomunikasi menghadapi tantangan besar, kurangnya infrastruktur, akses yang tidak merata ke daerah-daerah terpencil, persaingan ketat antara operator telekomunikasi lokal dan platform over-the-top (OTT). . Sebagai Google. , Netflix, Meta, dan lainnya.
“Kapasitas Kementerian Komunikasi dan Teknologi harus ditingkatkan untuk dapat memenuhi tujuan Presiden Prabowo dan tantangan industri digital Tanah Air di tengah gempuran perusahaan internasional. Sesuatu yang lebih, tidak hanya di permukaan, di hadapan Kementerian Kominfo Ciptakan Visi Indonesia Digital 2045 mengacu pada rencana Kementerian Kominfo,” kata Kamilof, Jumat (1/11/). 2024).
Mantan Komisioner BRTI ini menilai infrastruktur merupakan fondasi terpenting dalam mewujudkan transformasi digital yang inklusif dan berkelanjutan.
Sesuai rencana VID 2045, dimana tahun 2025 hingga 2029 merupakan fase pertama yang dirancang khusus untuk pembangunan infrastruktur digital, sehingga Indonesia pada akhirnya dapat menikmati ekosistem digital dan berdaya saing global pada tahun 2045.
Oleh karena itu, kata Kamilov, seluruh upaya Komdegi harus diarahkan untuk menciptakan landasan yang dapat mendukung ekosistem digital dalam jangka panjang sehingga mewujudkan kemandirian tanpa ketergantungan pada pihak luar.
Kamlov berkata: “Presiden Prabowo ingin Indonesia tidak dipaksa oleh asing.
Terkait cita-cita Presiden Prabowo untuk menjadikan Indonesia negara merdeka penuh, Kamilof menyarankan agar Kementerian Komunikasi dan Teknologi dapat mengambil manfaat dari para pelaku industri dan organisasi terkait seperti Mastel, ATSI, APJII, dan ATVSI.
“Pertemuan dengan lembaga-lembaga tersebut sebaiknya dilakukan untuk menyerap harapan dan permasalahan yang mereka hadapi di industri ini. Karena perubahan teknologi sangat cepat, maka diperlukan jalinan hubungan yang mendalam antara Kementerian Komunikasi dan Teknologi dengan para pelaku usaha.” Hukum yang dibutuhkan masyarakat,” ujarnya.
Kamlov melanjutkan, “Saat ini bisnis di bawah Kementerian Komunikasi dan Teknologi sedang terpuruk karena adanya regulasi yang menyulitkan mereka dalam berbisnis.” Namun OTT global diuntungkan dengan hadirnya infrastruktur digital di Indonesia.
Mengumpulkan kepentingan langsung dari pelaku usaha penting dilakukan agar kebijakan dapat menjawab tantangan nyata. Sehingga nantinya Kemenkominfo akan membuat aturan yang dapat membantu para pelaku dunia usaha. Bukan hanya pelaku usaha internasional saja yang terbantu. Dukungan pemerintah juga diperlukan untuk bisnis nasional. Sehingga akan terjadi keseimbangan antara OTT global dan pelaku usaha nasional.
“Menteri Perhubungan harus seperti seorang ibu yang mendengarkan permasalahan anak-anaknya. Ibu yang baik harus melindungi anak-anaknya,” pungkas Kamlov.
Simak video “Video: Komdigi Larang 11 Pekerja ‘Bina’ Jodol” (agt/rns)