Jakarta –
Saat berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII), jangan lupa mampir ke Museum Hakka Indonesia. Museum ini menyajikan berbagai cerita masyarakat Tionghoa dan perjalanan di nusantara.
Di museum, wisatawan dapat menemukan informasi menarik tentang tokoh sejarah Tionghoa, berbagai kuliner khas Tionghoa, kesenian Tionghoa, serta bagaimana masyarakat Tionghoa berkembang dan beradaptasi di Indonesia sepanjang sejarah hidupnya.
Berdasarkan papan informasi Museum Hakka Indonesia dalam kunjungan ANBALI NEWSTravel, Selasa (5/11/2024), pada tahun 1277, Wen Tianxiang, perdana menteri Dinasti Song Selatan, memimpin satuan tentaranya melawan pasukan Yuan dan menang. Didukung oleh lebih dari 800 tentara sukarelawan, Meijou merebut kembali kota tersebut. Namun, pada tahun 1279, Wen Tianxiang dikalahkan dalam pertempuran di Yashan, yang menyebabkan jatuhnya Dinasti Song Selatan.
Salah satu relawan, Zhuo Mou dari Desa Songkou, bersama sepuluh pemuda lainnya, berlari melintasi laut hingga akhirnya sampai di Kalimantan (Kalimantan). Zhuo Mou dianggap sebagai orang Hakka pertama yang mengunjungi nusantara, komunitas Hakka memiliki sejarah panjang di nusantara. Migrasi orang Hakka dari wilayah Guangdong dan Fujian berlanjut selama ratusan tahun, dimulai dengan pergeseran politik yang menentang dinasti Yuan dan Qing.
Beberapa faktor seperti penindasan politik, petani, kebutuhan ekonomi mendorong migrasi ini. Kehadiran Cheng Ho yang membuka jalur transportasi ke Sampas, Surabaya, dan Palembang pada tahun 1407 juga meningkatkan jumlah penduduk Hakka. Sektor perekonomian berkembang pada abad ke-18, khususnya pertambangan emas dan timah di Kalimantan.
Imigran Hakka yang masuk, seperti Luo Fangbo, yang mendirikan “Perusahaan Lanfang”, memperkuat kehadiran mereka di wilayah tersebut. Perjalanan 736 tahun masyarakat Hakka dari provinsi Guangdong dan Fujian Tiongkok menunjukkan bagaimana komunitas Hakka telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam sejarah dan budaya nusantara.
Salah satu pengunjung merasa sangat bersemangat saat memasuki Museum Hakka Indonesia, karena selain mengenal rumah adatnya, ia juga belajar memahami perjalanan masyarakat Tionghoa di nusantara.
“Sebenarnya waktu saya ke DMII, saya ingin ke Museum Hakka, saya ingin melihat keunikan apa yang ada di TikTok, beda dengan yang lain, entahlah, saya tertarik dengan budaya, instrumen Tiongkok. Disatukan untuk dijadikan museum,” kata salah seorang pengunjung.
Diresmikan langsung oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 30 Agustus 2014, Museum Hakka memiliki luas kurang lebih 5.000 meter dan memiliki tiga lantai serta terdiri dari ruang-ruang utama. Budaya.
Di lantai satu, pengunjung dapat melihat foto-foto bersejarah yang menggambarkan momen-momen penting, seperti pertemuan pemimpin Hakka Indonesia Sukeng Fernando dan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono pada acara peresmian.
Lantai dua berfungsi sebagai museum Tionghoa Indonesia dan terbagi menjadi tujuh ruangan, ruang pertama bercerita tentang kedatangan orang Tionghoa di nusantara, dan ruang kedua terdapat gambar-gambar yang menggambarkan masa penjajahan orang Tionghoa pada masa penjajahan. . .
Ruang ketiga, Ruang Merah Putih, menampilkan foto-foto dan deskripsi para pejabat Tiongkok yang telah berjasa bagi bangsa. Ruang keempat menggambarkan peran orang Tionghoa di Aceh, Kalimantan Barat, Tangerang, Bangka Belitung dan daerah lainnya. Ruang kelima dan keenam menceritakan kisah perjalanan hidup Jang Yong Hien dan Jang Yao Hien (Madden) serta menampilkan kesenian Tiongkok seperti opera, potehi, wayang kulit, dan kampung kromong. Ruang ketujuh orang Tionghoa dalam seni film, batik, dan kuliner Indonesia.
Di lantai tiga, museum juga memiliki tujuh ruangan yang memberikan wawasan tentang sejarah migrasi dan budaya Hakka. Di sini, koleksi barang-barang seperti peralatan asli yang digunakan dalam pertanian, alat pengobatan tradisional, jamu, kebaya peranakan Cina, kamar pengantin Cina, kursi, sepeda dan peralatan pertambangan serta rumah-rumah kecil Hakka dipajang.
Setiap ruangan memberikan gambaran mendalam tentang peran dan kontribusi komunitas Hakka dan Tionghoa di Indonesia, menjadikan museum ini sebagai pusat pendidikan dan apresiasi budaya yang penting.
Wisatawan dapat mengunjungi Museum Hakka Indonesia yang terletak di Taman Mini Indonesia Indah dengan membeli tiket masuk kawasan Taman Mini seharga Rp 25.000 per orang.
Museum Hakka Indonesia buka setiap hari Selasa hingga Minggu antara pukul 09.00 hingga 16.00 WIB. Menariknya, museum ini gratis sehingga menjadi kesempatan berharga bagi siapa saja yang ingin mempelajari dan memahami budaya Tiongkok lebih dalam tanpa biaya tambahan.
Museum Hakka Indonesia menawarkan pengalaman edukasi yang memperkaya pandangan pengunjung tentang sejarah Tionghoa di nusantara, dalam lingkungan nyaman penuh nilai budaya. Saksikan video “Momen Jokowi dan Iriana Ajak Cucu Berwisata ke TMII” (fem/fem)