Profil Nezar Patria, Putra Aceh yang Masih Dipercaya Jadi Wamenkominfo

Jakarta –

Nezar Patria kembali diangkat menjadi Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) yang kini bernama Menteri Komunikasi dan Digital mendampingi Meutya Hafid.

Tugas tersebut ia selesaikan bersama Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika lainnya, Angga Raka Prabowo. Sebelum dilantik menjadi Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika oleh Presiden ke-7 Joko Widodo pada 17 Juli 2023, pria kelahiran Sigli, Aceh pada 5 Oktober 1970 ini menjabat sebagai Staf Khusus V Kementerian BUMN.

Nezar merupakan lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 2017 dengan jurusan filsafat. Pada tahun 2007 melanjutkan studi di London School of Economics and Political Science (LSE) khususnya bidang sejarah hubungan internasional, kemudian pada tahun 2022 memperoleh gelar MBA di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Nezar Patria menjabat sebagai Staf Khusus Kementerian BUMN mulai tanggal 7 Juni 2022 berdasarkan Keputusan Menteri BUMN SK-128/MBU/06/2022 tentang Pengangkatan Staf Khusus V Menteri BUMN. Badan Usaha Milik Negara.

Sebelum menjabat, sosok berkacamata ini pernah menjabat sebagai direktur institusi PT Pos Indonesia (Persero) pada 23 September 2020 hingga 25 April 2022, dan komisaris utama PT Dapensi Trio Usaha pada 31 November 2021 hingga 13 Juni 2022.

Dalam siaran Sekretariat Presiden disebutkan bahwa Nezar berkarier di bidang jurnalistik. Ia juga menjabat sebagai pemimpin redaksi Jakarta Post dari tahun 2015 hingga 2020.

Tak hanya itu, Nezar juga pernah menjadi anggota Dewan Pers, menjabat sebagai anggota Dewan Pers dan Ketua Komisi Hubungan Antarlembaga periode 2016-2019.

Ada juga banyak karir di bidang jurnalisme. Nezar memulai kariernya sebagai jurnalis saat bergabung dengan Majalah DR (1999-2000), kemudian berlanjut di Majalah Tempo hingga tahun 2008.

Ia juga ikut mendirikan portal berita VIVA.co.id (2008-2014) dan menjabat sebagai wakil pemimpin redaksi CNN Indonesia.com (2014-2015). Beberapa kiprahnya di bidang jurnalistik antara lain meraih penghargaan Journalism for Tolerance Award (2003) dari International Federation of Journalists (IFJ) di Manila, Filipina karena meliput investigasi kerusuhan Mei 1998 yang dimuat di majalah Tempo.

Ia juga pernah menjadi anggota tim misi pembebasan jurnalis RCTI Feri Santoro di Aceh yang disandera Gerakan Aceh Merdeka (2004). Selain itu, Nezar terpilih sebagai Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia periode 2008-2011. Selain berkecimpung di dunia jurnalistik, ia juga aktif di bidang penelitian dan tercatat sebagai pemimpin redaksi jurnal pemikiran sosial dan ekonomi Prisma (LP3ES). Saksikan video “Video: Inti dari kiprah Meutya Hafid sebagai Menteri Komunikasi dan Teknologi, Keamanan Digital dan Permainan Online” (rns/afr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top