Jakarta –
Baru-baru ini, berita merebaknya penyakit cacar kembali mencuat karena beberapa sekolah ‘ditutup’ dan melakukan pengajaran secara online akibat penyakit tersebut. Lalu apa itu cacar dan seberapa berbahayanya penyakit ini hingga menutup sekolah? Yuk simak penjelasannya.
Apa itu cacar air?
Cacar air merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster (VZV). Konsultan spesialis penyakit anak dan penyakit tropis yang juga Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi (KIPI) tersebut, kata Prof. yang lain dengan cepat.
Prof menjelaskan. Hindra mengatakan, gejala umum yang terjadi ketika seseorang terkena cacar air adalah demam, ruam merah pada kulit, kulit gatal, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, serta badan terasa lemas. Ia juga mengatakan, gejala penyakit cacar bisa berakibat fatal.
“Gejala buruk juga bisa muncul. Kalau parah biasanya bisa menyerang otak dan paru-paru. Pada anak yang daya tahan tubuhnya tertekan, seperti kemoterapi, bisa menyebabkan penyakit paru-paru yang serius, seperti sesak napas, saraf. Biasanya menyebabkan kejang.
Bagaimana cara transfernya?
Penyakit cacar dapat menular melalui udara melalui batuk dan bersin. Hal ini membuat penyakit cacar sangat mudah menular, seperti di sekolah, taman kanak-kanak atau ruangan yang sirkulasi udaranya buruk.
Selain itu, virus ini juga dapat menular melalui tetesan air liur, lendir dingin, dan sari tanaman merambat. Selain itu, jelas Prof. Hindari karena ada beberapa jenis penyakit cacar, seperti cacar monyet dan cacar ular (cacar air berulang).
Ia mengatakan awalnya penyakit cacar dengan gejala mirip cacar air. Guru Besar IKA FKUI ini mengatakan, virus cacar tidak bisa dihilangkan dari dalam tubuh, melainkan hanya “tidur” agar tidak menimbulkan penyakit cacar.
Selain infeksi, penyakit cacar dapat menyerang siapa saja, terutama anak-anak, karena adanya ketidakseimbangan antara host (sistem imun tubuh), agent (virus), dan lingkungan. Namun jika imunitas tubuh baik, penyakit cacar tidak akan menular pada seseorang.
“Kita juga hidup di dunia yang penuh dengan flora dan fauna, tapi kita tetap sehat. Karena imunitas kita bagus, istirahat yang cukup, makan yang cukup agar virus tidak berkembang biak,” ujarnya.
Bagaimana cara mencegah penyebaran penyakit cacar air?
Untuk mencegah penyebaran penyakit cacar, Dr. Cegah orang yang terinfeksi untuk mengisolasi diri.
“Kalau ada yang tertular, harus diisolasi. Kesepian berarti tidak berkomunikasi. Kalau pengulangannya sudah jadi keropeng, bisa keluar,” jelasnya.
Cacar biasanya tidak kambuh lagi. Namun, ada kemungkinan 30% akan kambuh lagi dan menjadi herpes di kemudian hari. Jangan khawatir, cacar ular bisa dicegah dengan vaksin.
Selain vaksinasi, penyebaran penyakit cacar juga dapat dicegah dengan menghindari kontak langsung dengan penderita. Caranya adalah dengan menggunakan masker dan rutin mencuci tangan.
Vaksin Cacar Air, Amankah?
Menurut Prof. Hindra, vaksin cacar air aman karena telah melewati berbagai tingkat pengujian oleh para ahli. Dampaknya sedang.
“Efek setelah vaksinasi biasanya bengkak, kemerahan, gatal. Tingkat efek samping seperti nyeri tulang rendah. Efek ringan pun biasanya tidak memerlukan pengobatan dan bisa hilang dengan sendirinya. Jadi aman,” ujarnya.
Prof menjelaskan. Hindra kemudian mengatakan bahwa penyakit cacar biasanya menyerang anak-anak. Oleh karena itu, vaksinasi cacar sudah bisa dilakukan saat anak berusia 1 tahun saat kekebalan tubuh sudah terbentuk. Tidak hanya pada anak-anak, vaksin ini juga bisa diberikan pada orang dewasa yang belum pernah terjangkit penyakit cacar.
Vaksin cacar dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya. Sebab, di Indonesia diperbolehkan melakukan vaksinasi secara bersamaan dengan syarat tidak lebih dari empat vaksinasi yang berbeda.
Prof. Hindra menganjurkan agar vaksin diberikan pada anak ketika imunitas anak sedang baik. Jika daya tahan tubuh lemah dan anak menunjukkan penyakit ringan seperti batuk, pilek, dan demam ringan, sebaiknya tunda dulu vaksinasi hingga anak sehat kembali.
Secara umum vaksin Varicella dapat diberikan pada usia 1-50 tahun. Mendapatkan vaksin cacar dapat melindungi sistem kekebalan tubuh dari virus hingga 97%. Dengan kata lain, peluang terkena penyakit cacar setelah mendapat vaksin sangat kecil.
“Vaksin ini dirancang oleh para ahli untuk meniru virus itu sendiri sehingga respons yang tercipta akan melindungi seseorang dari cacar air. “Biasanya dari 100 anak yang divaksinasi, hanya 3 yang terkena cacar dengan gejala demam ringan, bintik sedikit, dan sembuh dalam waktu kurang dari seminggu,” ujarnya.
Vaksinasi cacar diberikan melalui program vaksinasi pemerintah di layanan kesehatan pemerintah. Namun vaksinasi ini belum menjadi program nasional. Namun jangan khawatir, vaksinasi tetap bisa dilakukan di layanan kesehatan swasta dengan biaya pribadi.
Secara umum vaksin ini tidak menimbulkan efek samping yang serius. Dokter spesialis anak ini menjelaskan, jika terjadi efek samping yang serius, biasanya bukan karena vaksinnya, melainkan karena penyebab lain. Oleh karena itu, jika terjadi efek samping, Anda disarankan untuk menjalani pengobatan untuk mengetahui penyebab efeknya.
Dr. Lebih lanjut Hindra mengingatkan kita untuk terus memperbaharui imunitas tubuh dan sering-seringlah membaca berita, artikel dan penelitian tentang cacar air agar terhindar dari tertular virus ini. Beliau juga mengingatkan kita untuk tidak menggaruk atau menyentuh luka akibat cacar agar lukanya tidak hilang. Saksikan video “Inilah Bedanya Cacar Air dan Flu Singapura, Padahal Sama-sama Menyebabkan Peradangan pada Kulit” (prf/ega)