Jakarta –
Pada Indonesia Ecotourism Fair (IEF) 2024, Bojonegoro memperlihatkan keindahan geoparknya kepada pengunjung.
Bojonegoro, salah satu peserta daerah yang jarang terlihat dalam pameran nasional, hadir dan mempresentasikan inisiatifnya dalam pengembangan Geopark Bojonegoro yang kini menjadi Geopark Dunia UNESCO.
Agni Istighfar Pari Brata, perwakilan Forum Ekowisata Isdafa (EJF), memaparkan potensi Bojonegoro kepada peserta pameran. Lembaga EJF yang dipimpinnya fokus pada pengembangan ekowisata dan geowisata di Bojonegoro melalui partisipasi masyarakat lokal.
Agni sendiri meski berasal dari Malang, sudah menetap di Bojonegoro sejak tahun 2018 dan terlibat aktif dalam upaya promosi pariwisata lokal.
“Bojonegoro berharap pameran ini bisa membantu pengembangan ekowisata lokal. Oleh karena itu, tidak jarang Bojonegoro ikut serta seperti ini. Bahkan kemarin saya tanya, ada yang pernah ke Bojonegoro, dia tidak angkat tangan tidak. satu”. kata Agni kepada ANBALI NEWSTravel, Sabtu (2/11/2024) akhir pekan lalu.
Sejak tahun 2016, Geopark Bojonegoro ditetapkan sebagai Geopark Nasional, namun belum ada langkah signifikan menuju status Geopark Dunia UNESCO hingga Juni 2024. Dinas Pariwisata Bojonegoro kemudian digandeng EJF untuk mendukung penafsiran Geopark ini dari sudut pandang geowisata. view, agar lebih menarik bagi wisatawan dan sesuai standar internasional.
“Dinas wisata saat itu kebingungan dan terus mengajak EJF, lembaga kami, Forum Wisatawan EJF Eko, untuk ikut proses bagaimana memaknai Geopark Bojonegoro dari sudut pandang geowisata,” jelas Agni.
Sejak keikutsertaannya dalam proyek Geopark Bojonegoro, EJF mulai mengidentifikasi keunikan geologi yang dapat dijadikan daya tarik wisata. Agni dan tim juga melatih pemandu lokal dan mengembangkan produk ekowisata.
Di luar program, mereka berkunjung ke Bojonegoro untuk menemukan kembali sumber daya wisata yang bisa dikembangkan.
“Untuk itu kita relawan keluar dari program tersebut, kita keliling Bojonegoro, kita tata kembali unit point of sale-nya. Lalu kita bayangkan rutenya, apa saja yang bisa dilestarikan dan sebagainya. taman bumi”. kata Agni.
Salah satu upaya EJF adalah menghadirkan konsep Bojonegoro Night Tour pada beberapa pameran sebelumnya, antara lain di Ngawi dan Meratus.
Respon positif pengunjung mendorong EJF untuk terus menghadirkan potensi wisata Bojonegoro dalam berbagai event ekowisata nasional.
“Ternyata jawabannya positif. Oke, maksudnya bukan ide gila, kita ambil langkah lagi, kita ke kota Atik lagi, kita kirim ke Meratus, jawabannya adalah ya lagi” ucap Agni. Tantangan Besar Pengembangan Geopark Bojonegoro
Salah satu tantangan terbesar dalam pengembangan Geopark Bojonegoro adalah minimnya informasi mengenai potensi wisata di kawasan tersebut. Banyak peserta pameran yang belum pernah mendengar Bojonegoro sebagai destinasi ekowisata.
EJF berharap dengan adanya pameran ini Bojonegoro semakin dikenal dan diminati wisatawan yang mencari pengalaman wisata berbeda.
Hal ini juga mengungkap tantangan besar yang harus dihadapi dalam melindungi potensi geologi, seperti fosil, agar tidak jatuh ke tangan yang tidak bertanggung jawab.
“Orang tua atau nenek moyang kami yang menggalinya dan kami terus berupaya menyelamatkan peradaban Geopark Bojonegoro,” ujarnya.
Salah satu fosil yang menjadi perhatian adalah fosil ikan paus yang tidak bisa dibawa ke Jakarta karena beberapa kendala, termasuk kondisi kesehatan penemunya. Meski demikian, Tim Bojonegoro tetap ingin menampilkan keunikan tersebut dalam pameran agar masyarakat dapat memahami kekayaan geologi Bojonegoro.
“Jadi kemarin itu seperti fosil ikan paus, kita hampir tidak bisa membawanya ke sini, dua hari sebelum kita berangkat, orang yang menemukannya terkena serangan jantung, orang lain yang berhasil menemukan kita masih dengan ‘oksigen’, kata Agni. .
Selain mengakui keunikan geowisata, EJF juga melibatkan masyarakat lokal, termasuk teman-teman penyandang disabilitas dalam seluruh kegiatan ekowisata.
Prinsip inklusivitas menjadi nilai utama dalam pengembangan Geopark Bojonegoro yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat lokal dalam berbagai aspek. “Kami ikut serta bersama teman-teman tunarungu-bisu dalam konsep besar tersebut,” kata Agni yang sangat berterima kasih atas upaya EJF.
Proyek Geopark Bojonegoro juga mendapat apresiasi dari banyak pihak, termasuk Geopark Bangka Belitung. Agni merasa terharu dan dikuatkan dengan dukungan rekan-rekan penggiat ekowisata.
Kontribusi EJF terhadap Geopark Bojonegoro juga diapresiasi oleh Gubernur Bojonegoro yang mengunjungi stand EJF di pameran TJEI.
Meski upaya ini tidak didanai oleh pemerintah, namun dukungan yang diberikan Bupati menjadi semangat bagi Agni dan tim untuk terus melanjutkan inisiatifnya.
Agni berharap kerjasama timnya dengan pemerintah Bojonegoro semakin kuat sehingga potensi wisata di daerah ini semakin baik.
Menurutnya, keterlibatan pemerintah dan dukungan berbagai pemangku kepentingan sangat penting untuk mengembangkan Bojonegoro sebagai destinasi ekowisata. Saksikan video “Video seru debat Pilkada Bojonegoro dibatalkan karena melanggar aturan KPU” (wsw/wsw)