Internet Masuk Pulau, Siswa SD Bisa Melek Informasi

Kepulauan Anambas –

Pemerataan akses internet menjadi salah satu hal yang didukung pemerintah. Tujuannya untuk memperlancar konektivitas di seluruh Indonesia.

Selain itu, internet dan teknologi informasi yang memadai akan memberikan dampak yang signifikan terhadap pendidikan. Hal ini antara lain dapat mendorong pertumbuhan dan kemajuan pembangunan.

Selain itu, pemerintah memperkenalkan kurikulum mandiri melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Kurikulum mengharuskan siswa dan dosen untuk beradaptasi dengan teknologi yang mendukung Internet.

Hal serupa juga terjadi di sekolah dasar yang berada di daerah miskin, perbatasan dan terluar (3T). Tepatnya SDN 005 Lembah Rewak, Desa Rewah, Kecamatan Jemaja, Provinsi Kepulauan Anambas.

Kepala Sekolah SDN 005 Lemba Revak, Rosnilavati mengatakan kepada ANBALI NEWS, “Awalnya internet mungkin sedikit asing dalam dunia pendidikan, namun Kurikulum Merdeka mengajarkan kita pentingnya menggunakan internet.” sebelum waktunya.

“Apalagi di sekolah kita sebelumnya yang tidak menggunakan internet, dampaknya bagi siswa dan guru kita sangat besar,” lanjutnya.

Rosnilavati mengatakan internet sudah tersedia di sekolah dasar sejak 2019, namun terbatas pada 2G yang hanya bisa menelepon dan SMS. Sehingga diakuinya pembelajaran daring terasa “aneh”.

Layanan internet disediakan oleh Departemen Komunikasi dan Akses Informasi (BAKTI) melalui Program Aksi (akses internet), yang menyediakan infrastruktur dengan teknologi serat optik, konektivitas radio dan VSAT (satelit luar angkasa). Kemudian pada tahun 2021-2022 koneksi 4G baru akan masuk ke desa Revak.

Mungkin internet di dekat kita ini agak aneh. Kenapa aneh? Karena kita belum pernah menggunakan 4G, kata Rosnilavati.

Rosnilavati mengatakan guru dan siswa menggunakan internet untuk belajar mengajar melalui internet. Biasanya mereka memanfaatkan internet untuk mencari ilmu baru dan menerapkannya dalam kegiatan sekolah.

“Kalau pakai internet, kalau belajar di kelas, kadang guru mendownload materinya dulu, baru kita fokus,” kata Rosnilavati.

Rosnilavati mengatakan, pihaknya terus menggalakkan penggunaan internet di kalangan pelajar. Selain itu, penilaian nasional berbasis komputer (CANA) harus diwajibkan di setiap sekolah, termasuk daerah 3T.

“Makanya sebagai guru kita harus membiasakan anak-anak kita menggunakan internet. Mau tidak mau, saya buatkan programnya (menggunakan Internet),” kata Rosnilavati.

Rosnilavati mengatakan, pihaknya berupaya semaksimal mungkin agar mahasiswa tidak tertinggal di tengah keterbatasan sarana dan prasarana. Program ini melibatkan penggunaan laptop untuk seluruh siswa secara bergilir di sekolah.

“Mungkin Senin kelas 3, lalu (program) kelas 2. Pakai sistem alokasi hari,” kata Rosnilavati.

Rosnilavati juga berbicara tentang tantangan yang dihadapi pendidikan jarak jauh (DEL) selama pandemi COVID-19. Saat itu, ia dan para guru SDN 005 Lembah Rewak harus bekerja ekstra dalam menyampaikan materi pembelajaran.

“Kami mempelajarinya di BDR (Belajar dari Rumah). Untuk BDR sekolahnya menggunakan grup WhatsApp,” kata Rosnilavati.

Selain keterbatasan waktu, Rosnilavati mengatakan banyak orang tua yang belum menyadari pentingnya internet untuk PJJ. Oleh karena itu, ia harus “jemput bola” agar siswa dapat terus belajar.

“Jadi kita bisa bilang, ‘Nyonya, kalau tidak punya ponsel Android, sebaiknya ke rumah sebelah dan tanyakan ke ibu dan anak terdekat, apa yang mereka lakukan,’ kenangnya.

“Tapi alhamdulillah orang itu pakai WhatsApp, tapi sangat membantu. Tapi kalau tidak, harusnya gurunya turun ke rumah setiap siswa,” tambah Rosnilavati.

Rosnilavati yang mewakili guru dan siswa sangat bersyukur dengan adanya acara BAKTI ini. Karena koneksi internet yang disediakan BAKTI Aksi sangat membantu mereka.

“Ini sangat membantu kami, tidak sedikit pun. Ini sangat membantu daerah pedesaan ini,” kata Rosnilavati.

“Dengan dibentuknya Aksi BAKTI ini sangat bermanfaat sehingga kami rasa akan memudahkan pekerjaan kami,” imbuhnya.

Dalam kasus yang sama, guru kelas 5 SDN 005 Lembah Revak Salawati menggunakan metode pembelajaran internet kepada 10 siswa di kelasnya.

“Laptop digunakan untuk menyampaikan materi, Infocus, bantuan speaker-to-speaker, dan terkadang digunakan telepon seluler. Biasanya materi pembelajaran diunduh,” kata Salavati.

Selain menjadi guru kelas, Salawati merupakan guru seni dan mengikuti Olimpiade Sains Nasional (NSO) di sekolah dasar. Ia juga memanfaatkan internet sebagai cara mencari referensi.

“Saya sendiri bisa les tari di Internet. Saya tayangkan 17 video apa yang ingin saya tampilkan dan tariannya seperti apa,” kata Salavati.

“Ngomong-ngomong soal OSNnya pakai internet. Soalnya datang langsung dari pusat di Jakarta. Latihannya online lewat komputer,” imbuhnya merujuk pada pengawas OSN.

Salawati juga merasa penggunaan internet sangat membantu. Sebab ia mempunyai akses terhadap berbagai informasi untuk mengajar siswa.

“Jadi dengan bantuan internet kita bisa dengan mudah mencari informasi, sehingga banyak sekali manfaat internet selain dari buku referensi yang kita dapatkan,” kata Salavati.

ANBALI NEWS bekerja sama dengan BAKTI Kementerian Komunikasi dan Digital (Comdigi) melaksanakan program Batas Tapal untuk memantau pembangunan ekonomi, pariwisata, infrastruktur dan pemerataan akses internet di daerah 3T (tertinggal, perbatasan dan ekstrim). Pantau terus Tapalbatas.ANBALI NEWS.com untuk informasi program Tapal Batas, inspirasi, berita unik dan menarik! Tonton video “Studi: Tingkat Penetrasi Internet Capai 82,6 Persen di Daerah pada 3K 2024” (akn/ega)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top