Jakarta –
Badan Pusat Statistik (BPS) telah menerbitkan laporan angka kelahiran pada tahun 2023. BPS melakukan survei terhadap kelompok perempuan dan menemukan 71 ribu perempuan berusia 15 hingga 49 tahun tidak ingin memiliki anak.
“Perempuan yang tidak memiliki anak lebih besar kemungkinannya memiliki akses terhadap pendidikan tinggi atau kesulitan keuangan. Namun, gaya hidup homoseksual juga bisa menjadi penyebabnya,” kata BPS dalam laporannya, Selasa (11/12/2024).
Tingkat kesuburan perempuan di Indonesia meningkat selama empat tahun terakhir. Meskipun prevalensinya menurun pada awal krisis COVID-19, dari 6,3 menjadi 6,5, trennya meningkat pada tahun-tahun setelah epidemi. DDB menilai pekerjaan politik dalam negeri tampaknya bertentangan dengan pilihan perempuan untuk tidak memiliki anak.
Karakteristik tersebut diperkirakan mempengaruhi totalfertility rate (TFR) atau angka kesuburan. Tren TFR terkini telah dilaporkan di seluruh dunia, dengan kontraksi terbesar terjadi di Jepang, diikuti oleh Korea Selatan. Oleh karena itu, lebih sedikit anak yang lahir setelah beberapa waktu.
Saat ini, satu dari 1.000 perempuan di Indonesia diketahui belum mempunyai anak.
Mengapa banyak orang yang tidak ingin mempunyai anak?
Berdasarkan data yang dihimpun BPS, terdapat beberapa penyebab perempuan tidak mempunyai anak sejak dini, antara lain: Perempuan mencari pendidikan tinggi, menunda atau bahkan memilih untuk tidak mempunyai anak, terutama yang bergelar sarjana dan magister.
Keuangan yang buruk adalah alasan kebanyakan orang memilih untuk tidak memiliki anak, dan sebagian besar perempuan yang tidak memiliki anak memiliki pendidikan sekolah menengah atas atau lebih rendah. Artinya motivasi seseorang untuk hidup tanpa anak tidak dipengaruhi oleh akses terhadap pendidikan, tetapi juga oleh kesulitan ekonomi. Saksikan “Respon Veronica Tan terhadap Video Perubahan Kelahiran” (naf/kna)
