Jakarta –
Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Veronica Tan buka-bukaan soal semakin maraknya kasus childlessness atau mereka yang belum memiliki anak. Badan Pusat Statistik mencatat 71.000 perempuan enggan memiliki anak karena berbagai faktor, mulai dari kemampuan ekonomi hingga orientasi karier.
Kasus ini paling banyak ditemukan di Pulau Jawa dan sebagian besar berpenduduk di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Menurut Vero, sejauh pengetahuannya, jumlah perempuan yang memiliki pilihan anak di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan keluarga dengan banyak anak.
Sebab, ada anggapan mendasar yang sering beredar di masyarakat, yaitu ‘lebih banyak anak, lebih banyak kekayaan’. Meski begitu, ia tak memungkiri kemungkinan fenomena tersebut terjadi pada perempuan dengan tingkat pendidikan tinggi.
“Jadi bagi perempuan yang sudah terdidik, paham bahwa anak adalah beban jika kita tidak memberikan kualitas terbaiknya,” ujarnya saat ditemui di kawasan Jakarta Barat, Kamis (14/11/2024).
“Mereka akhirnya memilih, saya tidak bisa memberikan kualifikasi saya dengan baik, kenapa harus punya anak. Mungkin lain halnya kalau ada ibu yang tidak berpendidikan, perempuan yang tidak berpendidikan, pernikahan dini,” sambungnya ke depan.
Pernikahan dini terjadi sebelum usia 19 tahun. Hal ini jelas berdampak pada rendahnya pendidikan ibu dalam membesarkan anak.
Selain itu, pada usia tersebut, bidan dinilai belum cukup dalam mengurus anak, yang tentunya dapat mempengaruhi kesehatan mentalnya.
“Mereka baru menikah di usia 19 tahun, tapi tidak tahu apa artinya jangka panjang, mereka punya anak. Kadang karena suami tidak mengizinkannya menggunakan alat kontrasepsi, banyak perempuan yang akhirnya punya banyak anak tanpa pendidikan,” ujarnya. dikatakan.
“Dan itu menimbulkan beban dan akhirnya kesehatan mental,” ujarnya. Tonton video “Video tanggapan Veronica Tan terhadap meningkatnya tren tidak memiliki anak” (naf/sao)