Jakarta –
Bosan dengan situasi ketenagakerjaan di Tiongkok, banyak pekerja muda meninggalkan pekerjaan mereka di kota-kota besar dan memilih pindah ke pedesaan. Fenomena ini banyak terjadi terutama di kalangan generasi milenial dan generasi Z.
Gaya hidup para pensiunan muda ini telah berkembang seiring berjalannya waktu, karena banyak yang membagikan kehidupan mereka di media sosial setelah di-PHK, diberhentikan, atau menganggur karena tidak dapat menemukan pekerjaan yang cocok, CNBC melaporkan Rabu (9). /10/2024).
Profesor Universitas Politeknik Hong Kong, Chung Chi Nin, mengatakan sulitnya mendapatkan pekerjaan di kota-kota besar adalah alasan utama banyak anak muda beralih ke kehidupan pedesaan. Apalagi, rendahnya biaya hidup di perkotaan membuat para pekerja tersebut bosan.
Belum lagi, kata dia, tahun ini akan ada 11,8 juta lulusan perguruan tinggi yang memasuki pasar kerja Tiongkok sehingga membuat tingkat persaingan di negeri tirai bambu semakin ketat.
Tampaknya juga semakin banyak pekerja yang lulus dari perguruan tinggi menurunkan biaya untuk mendapatkan gelar sarjana atau setara. Menjadi semakin sulit bagi individu dengan sedikit pengalaman kerja untuk mendapatkan pekerjaan yang baik.
“Jika kita menggabungkan hal-hal ini, maka tidak heran jika generasi muda pensiun atau pensiun ke pedesaan karena sangat sulit mendapatkan pekerjaan, apalagi di kota-kota besar, sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang baik,” kata Chung. .
Sementara itu, menurut Dan Wang, kepala ekonom di Hang Seng Bank Tiongkok, para lulusan perguruan tinggi ini memilih untuk menolak pekerjaan berupah rendah seperti sopir jasa pengiriman atau ojek online.
“Mereka lebih baik duduk di rumah bersama orang tuanya dan menunggu pekerjaan yang lebih baik,” katanya.
Di sisi lain, generasi muda kurang tertarik pada sektor manufaktur, yang juga menyediakan lapangan kerja. Sebab, mereka lebih memilih menganggur dibandingkan menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan keterampilan dan kebutuhannya, apalagi karena gaji yang diberikan.
Namun, banyak dari para pensiunan muda ini yang memiliki sumber pendapatan dengan beralih ke e-commerce atau mencoba menjadi influencer media sosial. Kehidupan pedesaan yang tenang dan pemandangan alam memberikan latar belakang yang menarik bagi para pengikutnya.
Fenomena ini pun berujung pada terciptanya tren baru yang disebut “rumah pensiunan remaja”, yaitu tempat di mana kaum muda bisa “bersantai” kapan saja. Beberapa pendiri salon ini membatasi tamunya hingga usia 45 tahun agar mereka merasa lebih muda.
Meski sebagian ahli menyebut hal ini hanya taktik pemasaran, tren tersebut tetap mencerminkan tingkat stres yang dirasakan Generasi Z dan Milenial, serta keinginan mereka untuk menjalani hidup lebih santai.
Jia Miao, asisten profesor di New Shanghai, mengatakan: “Kaum muda yang merasakan stres atau keputusasaan yang tinggi mencari tempat di mana mereka dapat berefleksi dan mengatur kehidupan mereka.”
Namun, menurut Wang, tren “pensiunan” dan “panti jompo” di daerah pedesaan diperkirakan tidak akan bertahan lama. Karena meskipun daerah pedesaan di Tiongkok mendapat keringanan sementara dari pengangguran di perkotaan, generasi muda ini pada akhirnya akan kembali ke kota.
Dia mengatakan daerah pedesaan di Tiongkok menawarkan sedikit gaya hidup modern dan kelas menengah yang diinginkan kaum muda, apalagi layanan kesehatan dan pendidikan berkualitas tinggi.
“Migrasi kembali seperti ini kemungkinan besar tidak akan menjadi tren jangka panjang. Paling-paling hanya bersifat sementara. Tujuan akhir dari anak-anak ini adalah kembali ke kota dalam jangka panjang,” katanya. (fdl/fdl)