Jakarta –
Tumpukan sampah di Yogyakarta meresahkan warga. Salah satunya, AditDoodleman, guru dan seniman asal Selman, yang terkena pukulan telak.
Aditdoodleman mengolok-olok gunung terparah di kawasan Kotabaru di Yogyakarta. Mata berwarna tergambar di sampah. Belakangan, sampah bergambar mata warna-warni itu diunggah ke akun Instagram pribadinya @aditdoodleman.
Ia menyuguhkan beberapa subtitle yang menampilkan sekilas tumpukan sampah yang mengotori wajah Jogja.
“Yogyakarta itu terbuat dari nafsu dan mambu (bau) sampah. Pokoknya cinta banget,” Adit pada caption fotonya, dikutip ANBALI NEWSJogja, Senin (11/11/2024).
Ungkapan tersebut merupakan plesetan dari kutipan puisi Joko Pinurbo tentang Jogja yang sering diucapkan oleh mereka yang kalah di babak kualifikasi. Kalimat aslinya adalah: Jogja terbuat dari hasrat, mudik dan ankringan.
Adit menambahkan keterangan lain pada foto unggahannya, “Daerah Istimewa Malaikat Kandanane”.
“Zaren Mas-Masku Jogja Hiphop Foundation” Jogja unik bukan hanya karena daerahnya, tapi juga orangnya,” kata Adit.
Ia memberi caption pada seluruh fotonya dengan tagar Jogja Darurat Sampah.
Saat dimintai konfirmasi atas aksinya, Adith menjelaskan, dirinya sempat mengerjakan coretan di tumpukan sampah tersebut pada Jumat (8/11) pukul 16.00 WIB.
Setiap kantong sampah terlebih dahulu dicat dengan warna kemudian ditutup dengan sepasang mata. Adith pun menjelaskan maksud dari karya doodle miliknya.
“Karakternya, mata ini juga merupakan mata yang mengawasi mereka yang terlibat dalam sampah yang ada dan yang peduli dengan sampah, termasuk pemerintah. Semua orang bisa melihat.
Sebenarnya langkah tersebut bukan kali pertama dilakukannya. Tahun lalu dia juga melakukan hal serupa di tempat yang sama.
Benda itu adalah tumpukan sampah di kawasan Kotabaru. Saat itu bertepatan dengan hari jadi kota Jogja yang ke 267 tahun.
Saat itu Adith berharap aksinya tersebut menjadi yang terakhir kalinya. Berharap pemerintah kota jogja serius mengatasi permasalahan sampah. Namun kenyataannya kondisi tersebut masih terjadi, bahkan setahun setelah tindakan pertama.
“Masih sama seperti dulu dari segi kepeduliannya dan ditambah dengan kewaspadaan atau keseriusan dewan dan DPRD dalam pengelolaan sampah mikro,” ujarnya.
Adit juga menyoroti isu sampah yang “dijual” kepada peserta Pilkada Kota Jogja 2024, menurutnya isu sampah menjadi isu yang menarik untuk menarik calon pemilih.
Benar, para calon punya pesan khusus. Pengelolaan sampah bukan sekedar persoalan sederhana yang dibicarakan di media, tapi keseriusan pemerintah kota, otonom, dan provinsi dalam pengelolaan sampah, ujarnya.
Adith juga menyoroti solusi pengelolaan sampah, bukan hanya kehancuran. Namun partisipasi dan edukasi langsung pemerintah daerah terkait dengan peran aktif masyarakat.
Ia menyarankan, perlu adanya penjangkauan yang serius hingga ke tingkat RT/RW. Ia menganjurkan agar pengelolaan sampah terus dilakukan di masa depan.
“Bagaimana pemerintah bisa mendidik warga agar bisa mengelola sampah secara mandiri tanpa bergantung pada tempat pembuangan sampah? Pemerintah bertanggung jawab memberikan penetrasi yang mendalam mulai dari tingkat RT/RT hingga kelurahan dan lingkungan pendidikan,” ujarnya.
Selagi mengecat kantong sampah, Adit menyempatkan diri berinteraksi dengan tukang sampah. Jawaban yang didapatnya pun tidak mengherankan, karena warga mengaku tidak tahu harus membuang sampah rumah tangganya ke mana.
Alibi berkata: “Kemarin saya juga ngobrol dengan tukang sampah. Respon mereka bingung karena tidak tahu harus menaruhnya di mana.”
Berdasarkan pantauan ANBALI NEWSJogja di tempat Adit menggambar doodle tersebut pada pukul 14.30 WIB, tumpukan sampah yang ada matanya sudah hilang. Namun, masih terdapat tumpukan sampah dan bau busuk di kawasan tersebut.
“Puing-puing tersebut kami tanggapi pada hari Jumat jam 4 sore. Mungkin sudah dikeluarkan, jadi semua yang ada di sebelah timur hilang,” katanya. Saksikan video “Yogyakarta Darurat Sampah, 2 Cara Kelola Sampah” (Fem/Fem)