Jakarta –
Dengan diabetes, yang dulunya sering dikaitkan dengan apa yang disebut penyakit orang lanjut usia, saat ini pasien muda semakin banyak yang menghadapinya. Spesialis dalam metabolisme endokrin Dr. Rulli Rosandi, SpPD-KEMD mengatakan, jumlah penderita diabetes di bawah usia 40 tahun mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini tentu menjadi peringatan bagi Generasi Z, karena tidak menutup kemungkinan usia penderita diabetes akan terus mengalami pergeseran. Selain itu, karena perubahan gaya hidup saat ini yang jauh lebih cepat, risiko terkena diabetes pun semakin meningkat di semua generasi.
Selain itu, ia menyebutkan, sebelumnya Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menyebut kasus obesitas pada anak kini semakin mengkhawatirkan. Kasus obesitas ini memiliki risiko tinggi terjadinya diabetes pada pasien yang lebih muda.
“Makanya sekarang kami sampaikan ada yang namanya diabetes di bawah 40 tahun, jenis diabetes lain yang didiagnosis di bawah 40 tahun, jadi skrining ini sangat penting,” kata dr Rulli saat ditemui awak media di kawasan Jakarta Selatan. /2024).
Mengenai risiko diabetes pada Generasi Z, Dr. Rulli mengatakan gaya hidup berperan penting dalam meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Beberapa faktor gaya hidup yang mempengaruhi kerentanan remaja terhadap diabetes antara lain peningkatan camilan tidak sehat, pola makan tinggi gula, dan kurangnya aktivitas fisik atau olahraga.
Berbagai kombinasi tersebut pada akhirnya dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya obesitas yang merupakan salah satu faktor risiko utama diabetes tipe 2.
“Diabetes tipe 2 yang paling banyak terjadi tentunya adalah gaya hidup. Gaya hidup, karena sekarang makanan mudah didapat, porsi makan juga lebih banyak, kandungan gulanya juga lebih tinggi, selain itu juga kurangnya aktivitas fisik yang sekarang lebih banyak. malas. Saat ini, diabetes 2. tipe yang lebih umum dibandingkan diabetes.” dll,” ucapnya. Tonton video “Video: Mereka yang Paling Banyak Mengeluh di Tempat Kerja, Ada Apa dengan Gen Z?” (avk/kna)