Jakarta –
Badan amal anti-kemiskinan, Trussell Trust, mengatakan sekitar 9,3 juta orang di Inggris hidup dalam kemiskinan ekstrem, hingga mencapai titik kelaparan. Jumlah ini meningkat lebih dari satu juta dibandingkan lima tahun lalu, yakni pada tahun 2019.
Menurut BBC, majalah The Cost of Hunger and Hardship terbitan Jumat (10/11/2024) menyebutkan angka tersebut adalah satu dari tujuh orang di Inggris yang menghadapi kelaparan dan kemiskinan ekstrem.
Sayangnya, badan amal tersebut juga mengatakan bahwa angka-angka tersebut menunjukkan bahwa satu dari lima anak berada dalam kemiskinan ekstrem. Kemudian, hampir 25% anak di bawah usia empat tahun menghadapi kelaparan, sehingga menjadikan mereka kelompok paling rentan.
Ini berarti bahwa jumlah anak di bawah umur yang menghadapi kelaparan dan kesulitan pada tahun ini adalah 46% lebih tinggi dibandingkan dua puluh tahun yang lalu, atau pada tahun 2004.
“Kecuali pemerintah melakukan perubahan, 425.000 orang lagi, termasuk 170.000 anak-anak, diperkirakan akan masuk dalam kategori ini pada tahun 2027,” jelas Trussell Trust dalam laporannya.
Lebih lanjut badan amal tersebut menjelaskan bahwa lebih dari separuh orang dalam kelompok sangat miskin tinggal dan tinggal di rumah tangga penyandang disabilitas.
“Satu dari tujuh orang menghadapi kelaparan dan kesulitan. Hal ini tidak boleh terjadi di salah satu negara terkaya di dunia,” kata Helen Barnard, Direktur Kebijakan, Penelitian dan Dampak di Trussell Trust.
“Kita perlu mengambil tindakan segera untuk mengatasi kelaparan di Inggris karena jika tidak ada perubahan, jumlah orang yang menghadapi kelaparan dan kesulitan akan terus meningkat,” katanya.
Dia kemudian menjelaskan bahwa tingkat kelaparan dan kemiskinan ekstrem tertinggi terjadi pada mereka yang tinggal di rumah tangga berkulit hitam, Afrika, Karibia, atau Inggris berkulit hitam, yaitu sebesar 28%. Namun, rumah tangga kulit putih mencakup sekitar 11% dari 9,3 juta penduduk yang sangat miskin.
“Masyarakat beralih ke bank makanan (pusat bantuan pangan amal) karena mereka tidak punya cukup uang untuk hidup. Namun, kami tahu bahwa keadaan tidak seharusnya seperti ini.” (fdl/fdl)