Jakarta –
Kenaikan pajak bisa mempengaruhi daya beli karena harga mobil pasti naik. Konsumen sangat sensitif terhadap harga, di sisi lain pasar mobil menunjukkan kecenderungan lemahnya daya beli di Indonesia.
Pasar mobil tahun depan dinilai lebih menantang. Tahun depan, pemerintah Indonesia kemungkinan akan menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) yang sebelumnya sebesar 11 persen menjadi 12 persen.
Tak hanya PPN, tahun depan mungkin ada kenaikan pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Perubahan aturan perpajakan tertuang dalam UU No. 1 Tahun 2022 tentang hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (UU HKPD).
Dengan terbitnya peraturan tersebut, pemerintah daerah kini mempunyai kewenangan untuk menambah pajak tambahan pada Pajak Kendaraan Bermotor (MVT) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (MBNKB) atau yang disebut dengan opsen.
Yusak Billy, Direktur Penjualan dan Pemasaran serta Purna Jual PT Honda Prospect Motor (HPM) mengatakan kenaikan pajak ini akan mempengaruhi harga.
“Salah satu faktor yang menentukan harga mobil adalah pajak. Kenaikan pajak ini menurut kami berpotensi menurunkan permintaan dan menurunkan daya beli. Jika daya beli menurun maka akan mempengaruhi penjualan mobil juga,” kata Billy di ICE BSD Tangerang, baru-baru ini. .
“Kami mempunyai keyakinan dan keyakinan bahwa pemerintah akan memahami, seiring dengan pemulihan ekonomi, akan ada rencana stimulus. Kami berharap kepentingan pemilik pasar dan pemerintah dapat bersinergi mengatasi pasar yang lemah,” imbuhnya.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi menjelaskan kenaikan PPN bisa membuat mobil bertambah Rp 200 juta sekitar Rp.
Kalau dilihat dari kenaikan PPN 12 persen, jadi kalau satu persen untuk mobil (nilainya) sekitar Rp 200 juta, dampaknya sekitar Rp 2 juta. Lalu kalau Rp 400 juta dampaknya Rp 4 juta, kata Nangoi ketika . ditemui di ICE BSD, Tangerang.
Tapi yang lebih sulit bagi kita adalah melihat kenaikan (UU) Nomor 1 Tahun 2022 tentang BBNKB, karena itu kenaikannya sangat tinggi. Saat ini sekitar 12 jam 12,5 persen, kalau dipakai misalnya 19,5 persen atau 20 persen hanya naik 6 persen, untuk mobil Rp 200 juta dampaknya sekitar Rp. 400 juta 24 juta, ditambah PPN, ditambah segala macam, dampaknya cukup parah,” imbuhnya.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pihaknya telah menyiapkan serangkaian insentif untuk meningkatkan daya beli. Selain itu, akan ada banyak kenaikan pajak tahun depan.
Oleh karena itu, insentif untuk menyikapi atau meringankan konsumen harusnya ada insentif, seperti PPnBM (pajak penjualan atas barang mewah), DTP (ditanggung pemerintah) atau sejenisnya, kata Agus.
“Tadi sudah saya sampaikan di undang-undang no. 1 Tahun 2022, BBNKB juga menjadi salah satu beban sektor otomotif, nanti kita bahas besarannya, dari PPN 12 persen, biaya transfernya berapa persentasenya, nanti kita rumuskan dalam stimulus yang lebih komprehensif,” tambahnya. video “PPN akan naik menjadi 12%” (belakang/din)