Tokyo –
Seorang wanita Singapura bepergian ke Jepang sendirian. Ia tak menyangka perjalanan yang ditunggu-tunggu itu akan berubah menjadi pengalaman pahit.
Stomp.straitstimes.com memberitakan, Kamis (21/11/2024), turis wanita asal Singapura tersebut telah teridentifikasi bernama Yann. Dia pergi berlibur ke Jepang pada pertengahan November. Pada tanggal 19 November, dia berencana mengunjungi Kuil Hakone di Daerah Ashigashino, Prefektur Kanagawa.
Sebagai objek wisata terkenal, Kuil Hakone memiliki peraturan fotografi yang ketat. Wisatawan hanya diperbolehkan berfoto selama 3 menit karena antriannya padat.
“Ada tanda yang dipasang tepat di sebelah antrian kuil. Dari yang saya lihat, baik wisatawan maupun penduduk lokal mengikuti aturan,” kata Yann.
Jeanne kemudian meminta seorang pelajar Tionghoa yang sedang mengantri untuk mengambil fotonya. Sebelumnya, dia berjanji akan memotret siswa tersebut.
Di belakang Jeanne ada seorang turis dari Jepang. Dia tidak menyangka hal buruk akan menimpa dirinya karena pria itu.
Giliran Jeanne dan pelajar China itu yang mengambil foto, dan mereka menghabiskan 3 menit bersama, bukan satu sama lain. Jeanne sendiri yakin keduanya menghabiskan waktu kurang dari 3 menit, padahal seharusnya mereka menghabiskan waktu hingga 6 menit untuk mengambil gambar.
Jeanne mengaku sangat berhati-hati dengan waktunya karena ekspektasi yang tinggi.
Namun tiba-tiba, orang Jepang tersebut mulai berbicara kasar.
“Orang Jepang ini mengejek saya di belakang dan berkata, “Orang China akan pulang.”
Jeanne mendekati pria itu dan bertanya apakah dia sudah mengatur waktu fotonya untuk memposting komentar kasar seperti itu. Namun, pria tersebut tampak senang dan mengulangi kalimat yang sama sambil mengacungkan jari tengah.
“Kemudian saya harus pergi, tapi untuk sesaat saya berpikir sebaiknya saya mengambil fotonya sebagai kenang-kenangan.”
Pria itu menyadari apa yang dilakukannya lalu mencuri ponsel Jeanne dan menolak mengembalikannya.
“Untungnya, seorang pria Eropa bertubuh besar bangkit, mengambil ponsel saya dan mengembalikannya kepada saya sambil berkata, ‘Kamu tidak memperlakukan wanita seperti itu,’” katanya.
Ketika Jepang menyadari lawannya lebih besar, pria itu pun menyerah.
Sebelum datang ke Jepang, Yann terlebih dahulu mengenal budaya negeri bunga sakura tersebut. Jeanne mempelajari bahasa lokal dan mengamati adat istiadat setempat, seperti menjaga suara tetap pelan dan tidak makan sambil berjalan.
“Sangat disayangkan saya bertemu dengan orang Jepang yang sangat kasar. Dia diejek karena sikapnya yang anti-China, dan dia melakukan hal yang sama saat mengambil gambar,” ujarnya.
Ini pertama kalinya Yann menghadapi perilaku sentimental anti-Tiongkok. Hal ini ia sampaikan agar solo traveler ke Jepang lebih waspada terhadap sentimen anti-Tionghoa dan perempuan di Jepang.
“Jelas selalu ada orang jahat di setiap ras, negara, atau wilayah. Berhati-hatilah dengan apa yang mungkin terjadi. Lagi pula, bertemu dengan orang fanatik adalah peristiwa kecil dalam skema besar kehidupan,” kata Yann. Saksikan “video rewatch Jepang ‘Amuk’ Indonesia di GBK” (bnl/fem).