Tarif Masuk dan Terbangkan Drone di Bromo Naik, Warganet Protes

Jakarta –

Balai Besar Taman Nasional Bromo Tenger Semeru (BBTNBTS) mengumumkan kenaikan tarif masuk bagi wisatawan dan drone di kawasan Bromo yang berlaku mulai 30 Oktober 2024. Namun, warganet memprotes kenaikan tarif tersebut, terutama terkait tarif drone.

Tarif masuk wisatawan nusantara (Visnus) mengalami kenaikan lebih dari 85% dibandingkan tarif sebelumnya. Khususnya dari Rp29 ribu (hari kerja) dan Rp34 ribu (hari libur) menjadi Rp54 ribu (hari kerja) dan Rp79 ribu (hari libur).

Sementara untuk wisatawan asing, terjadi penyesuaian harga dari Rp 220.000 (hari biasa) dan Rp 320.000 (hari libur), tepatnya Rp 255.000.

Setelah itu, harga sebuah drone meningkat cukup cepat. Dulunya harga drone Rp 300 ribu kini Rp 2 jutaan.

Sefti mengatakan kepada ANBALI NEWSJatim, Jumat (11 Januari 2024): “Untuk penggunaan drone ditetapkan tarif Rp 2 juta per unit selama satu hari di kawasan TNBTS dan sudah mulai dilaksanakan”.

Kenaikan tarif juga berlaku untuk foto prewedding dan video komersial. Jika tadinya biaya fotografi pernikahan sebesar Rp 250 ribu, kini harganya naik menjadi Rp 1 juta/paket untuk WNI dan Rp 3 juta untuk WNA. Saat ini, video komersial dibanderol Rp10 juta per paket untuk wisman dan Rp20 juta untuk wisman.

Menurut Kementerian Pariwisata, penyesuaian tarif pajak tidak akan berubah setelah 10 tahun.

“Setelah 10 tahun tidak ada perubahan, Taman Nasional Brommo Tengger Semeru kini melakukan penyesuaian tarif masuk untuk mengoptimalkan pendapatan,” tulis Kementerian Pariwisata dalam postingan di akun resmi @kemenparekraf.ri di Instagram, Minggu. PNBP)”. 11 Maret 2024).

Banyak netizen yang mengeluhkan pengumuman kenaikan tarif masuk taman nasional, khususnya tarif drone. Kenaikan harga ini membebani kreator dan wisatawan untuk menampilkan panorama Bromo yang menakjubkan.

“Susah promosi wisatanya mas, yang pakai drone cuma 2 juta. Bahkan konten syuting pendek Instagram/Tiktok/YouTube pun bisa menarik wisatawan mancanegara. Karena jangkauan kontennya sangat luas,” tulis seorang warganet di kolom komentar @kemenparekraf .ri.

“Saya disuruh promosikan wisata dalam negeri tapi mau bikin konten dengan drone butuh biaya besar, aneh banget negeri ini,” komentar warganet dalam postingan Instagram di akun Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

“Sayang sekali, tapi ekonomi kreatif sangat membantu memperkenalkan pariwisata di Indonesia, khususnya di Bromo, ke kancah nasional dan internasional. Tapi sekarang terkendala oleh biaya yang sangat mahal, terutama dokumen. Kita disuruh ke Indonesia saja. ” , tapi di Indonesia mahal banget dan kami tidak suka,” sahut yang lain.

Saat ini, Kementerian Pariwisata tengah berkutat dengan mahalnya harga tiket pesawat dengan gugus tugas yang dibentuk Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartato. Detektif Travel bertanya kepada Kementerian Pariwisata namun tidak mendapat tanggapan.

Lihat gambar lainnya: Oey Tjin Eng, penjaga benteng kebudayaan Tiongkok

Saksikan video “Video: Muncul 5 Tempat Tumbuh Ganja di Taman Nasional Bromo” (vcn/fem)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top