Jakarta –
Dunia diperkirakan akan menghadapi bakteri yang “sangat resisten” pada tahun 2050. Indonesia juga menghadapi ancaman yang sama. Sekitar satu kematian tercatat setiap tahun karena mikroba yang resisten terhadap antibiotik atau resistensi antimikroba.
Selain penggunaan antibiotik yang bertentangan dengan petunjuk dan anjuran dokter, penyebab lain yang sering terabaikan adalah pembuangan antibiotik yang sembarangan. BPOM RI mengimbau masyarakat mewaspadai praktik tersebut karena dapat berakibat fatal.
Bahkan banyak ahli dan peneliti yang berspekulasi bahwa tren peningkatan resistensi antimikroba dapat mengubah penyakit umum yang sebelumnya mudah diobati menjadi penyakit fatal dan mematikan. Faktanya, tidak ada antibiotik di dunia.
Tips membuang limbah antibiotik BPOM RI:
1. Kumpulkan semua antibiotik yang tersisa atau kadaluwarsa sesuai bentuk sediaan seperti tablet, kapsul, dan sirup.
2. Buka kemasan, lepaskan label, hapus informasi produk dari kemasan.
3. Kirimkan antibiotik sisa, rusak atau kadaluwarsa ke apotek khusus untuk dibuang sesuai ketentuan.
Bagaimana jika tidak ada apotek tersendiri?
BPOM menganjurkan dalam hal ini masyarakat mengeluarkan antibiotik dari kemasannya, memusnahkannya dan menambahkan air serta bahan lain seperti tanah, batu, kopi. Kemudian diamkan di dalam plastik selama beberapa hari sebelum dibuang bersama sampah rumah tangga lainnya. Video “Jangan Khawatir, Simak Cara Minum Antibiotik dengan Bijak!” (naf/kna)