Jakarta –
E-business asal Tiongkok, Temu, melakukan ekspansi ke Vietnam dan Brunei untuk memperluas jaringannya di kawasan Asia Tenggara. Perluasan ini dilaksanakan di tengah larangan pemerintah Indonesia terhadap Temu.
Melansir South China Morning Post, Senin (14/10/2024), langkah Temu memasuki pasar Vietnam dinilai terlalu dini. Sebab, bahasa Inggris masih digunakan dalam upacara di Vietnam.
Transaksi kemudian dapat dilakukan menggunakan kartu kredit dan Google Pay, kecuali layanan telepon seluler populer di Vietnam, Momo. Temu saat ini tersedia di Brunei dalam bahasa Inggris dan Melayu.
Ekspansi Temu ke Asia Tenggara sangat mungkin terjadi dengan jumlah penduduk di wilayah tersebut hampir 700 juta jiwa. Menurut Lowy Institute, Asia Tenggara merupakan kawasan terkaya kelima di dunia.
Namun usaha Temu untuk melakukan ekspansi ke Indonesia tidak berjalan baik karena dilarang oleh pemerintah. Larangan tersebut diberlakukan untuk melindungi UMKM dan mencegah membanjirnya pasar dalam negeri oleh barang-barang murah dari luar negeri.
Temu yang dimiliki oleh PDD Holdings menghubungkan langsung toko-toko di China dengan pelanggan di lebih dari 50 negara, seperti Malaysia, Thailand, dan Amerika Serikat (AS).
Pemerintah Indonesia menilai model bisnis ini memutus jalur pasokan seperti toko. Harga komoditas memang rendah, namun merugikan pedagang kecil. Tonton video “Video: Budi Arie Larang E-commerce ‘Temu’ di Indonesia” (ily/ara)