Jakarta –
Di Jepang, diperkirakan populasinya akan turun di bawah 700 ribu untuk pertama kalinya pada tahun 2024. Angka pemerintah yang dirilis Selasa (11/6/2024) menunjukkan penurunan 6,3 persen dibandingkan tahun lalu, menjadi 329.998 dalam enam bulan terakhir.
Data tersebut belum termasuk data kelahiran warga negara asing. Meski demikian, temuan ini menunjukkan bahwa Jepang kembali mencatat angka kelahiran terendah dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena banyak orang yang memilih atau menunda pernikahan dan memiliki anak masih terus berlanjut.
Seperti dikutip JapanToday, jumlah kematian meningkat 1,8 persen pada paruh pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dengan penurunan populasi selama 15 tahun, Jepang menghadapi kekurangan tenaga kerja yang mengancam keberlanjutan sistem jaminan sosial seperti layanan kesehatan dan pensiun.
Pemerintah berupaya meningkatkan angka kelahiran, antara lain dengan memperluas tunjangan penitipan anak dan memberikan tunjangan bagi mereka yang sedang cuti sebagai orang tua.
Jepang melihat periode hingga awal tahun 2030an sebagai “kesempatan terakhir” untuk membalikkan krisis kesuburan.
Jumlah kelahiran yang sebanding pada paruh pertama tahun 2023 adalah 352.240, jumlah kelahiran sepanjang tahun adalah 727.277.
Data awal yang dikeluarkan oleh kementerian pada bulan Agustus menunjukkan bahwa jumlah kelahiran di Jepang, termasuk orang asing serta warga negara Jepang yang tinggal di luar negeri, turun 5,7 persen dari tahun sebelumnya menjadi 350.074 antara bulan Januari dan Juni. Tonton video “Warga Tak Mau Menikah, Populasi Jepang Turun 15 Tahun Berturut-turut” (naf/kna)