Jakarta –
Menteri Transmigrasi Iftitah Sulaiman akan menyiapkan program beasiswa transmigrasi yang patriotik bagi calon transmigran yang berani dan rela berkorban untuk bangsa dan negara. Yakni membangun peradaban dengan membangun kesejahteraan dan persatuan di wilayah transmigrasi berdasarkan pengetahuan dan keterampilan.
Iftitah mengatakan mereka yang terpilih akan menjalani pelatihan dasar militer selama satu setengah bulan. Mereka selanjutnya akan mendaftar di seluruh wilayah transmigrasi selama kurang lebih tiga bulan dan tinggal di rumah warga yang akan menjadi orang tua asuhnya.
“Kami berharap dalam tiga bulan ini mereka belajar, mencermati dan mengevaluasi kemungkinan tantangan dan peluang di bidang transmigrasi yang nantinya akan mereka kembangkan,” kata Iftitah kepada wartawan, Kamis, di Gedung JB Sumarlin Kementerian Keuangan (28/ 11). /2024).
Mereka kemudian dikirim ke universitas-universitas terbaik dunia, baik di dalam maupun luar negeri. Setelah lulus, mereka akan ditempatkan di seluruh wilayah transmigrasi selama lima tahun ke depan, dengan fokus di 45 wilayah transmigrasi, sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
“Ada 45 daerah. Ada yang di Sumatera, ada yang di Kalimantan, ada yang di Sulawesi, ada yang di NTT, ada yang di NTB, ada juga yang di Maluku dan Papua. Jadi tersebar, kecuali Jawa,” ujarnya
Menurut Iftitah, durasi tugas ini minimal 10 tahun. Apabila mereka keluar dari zona transmigrasi sebelum mencapai usia 10 tahun, maka mereka dianggap desertir dan akan dikenakan sanksi berupa restitusi dan sanksi hukum.
“Sanksinya berupa pengembalian seluruh dana yang dialokasikan negara untuk persiapannya atau pengenaan sanksi hukum. Setelah sepuluh tahun, mereka akan diberikan kesempatan untuk tinggal di kawasan transmigrasi atau mengembangkan potensinya di daerah lain dan tempat lain,” jelasnya.
Selain bisa dikirim ke universitas terbaik dunia, manfaat lain bagi peserta program transmigrasi adalah mendapat tunjangan hidup selama satu tahun untuk tinggal di wilayah transmigrasi.
“Jadi harapannya tunjangan hidup program transmigrasi diberikan selama satu tahun, hanya untuk masa transisi. Nah, setahun kemudian, kita berharap kalau mereka yang bertani, misalnya, sudah bisa panen, sehingga bisa punya penghasilan sendiri.
“Jadi ke depan transmigrasi akan berubah, tidak hanya melalui pemukiman kembali penduduk yang kini proporsinya sudah berkurang, tapi landasannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan di wilayah tersebut. Lalu bagaimana kita menilai potensi daerah? cocok untuk apa? Kalau bicara pertanian, apa yang cocok untuk dibudidayakan agar bisa menyadari bahwa “diperlukan pengetahuan dan keterampilan,” tambah (acd).