5 Alasan yang Mewajarkan Pemecatan Ten Hag

Jakarta –

Erik ten Hag dipecat setelah Manchester United kalah 1-2 di West Ham United, Minggu. Hasil buruk Setan Merah di lapangan selama lebih dari dua musim menjadi pembenaran keputusan tersebut.

Ten Hag memang membantu MU mengakhiri puasa trofi selama enam tahun dengan menjuarai Piala FA 2023, itu sudah pasti. Dia juga menjadi manajer pertama sejak Sir Alex Ferguson yang memenangkan trofi dua musim berturut-turut setelah memenangkan Piala FA pada bulan Mei.

Namun, kedua kemajuan tersebut seolah menjadi “lapisan emas” yang menutupi mesin mobil yang terus-menerus dikirim ke bengkel untuk diperbaiki. Jika melihat apa yang terjadi di lapangan, MU sedang menunjukkan tren penurunan.

Setelah finis ketiga Liga Inggris musim 2022-2023 dengan 75 poin, MU finis di urutan kedelapan musim berikutnya dengan 15 poin lebih sedikit dan minus selisih gol. Mereka kalah empat kali dari sembilan pertandingan musim ini dan turun ke peringkat 14 dengan 11 poin.

Hal ini membuat statistik Ten Hag menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Mari kita lihat data di bawah ini, yang dikumpulkan dari ESPN:

*) Catatan: Statistik Sir Alex Ferguson hanya dihitung dari tahun 2008-2013, atau lima musim terakhirnya di MU, dan hanya pelatih tetap yang dimasukkan dalam perbandingan (maaf Ralph Rangnick).1. Poin

Bersama Ten Hag, MU mencetak 1,7 poin per laga di Liga Inggris. Dia hanya unggul dari David Moyes (1,68). Namun perlu dicatat, Moyes baru menangani MU dalam 34 pertandingan, sedangkan Ten Haag 84 pertandingan.

Louis van Gaal rata-rata mencetak 1,79 poin per game, sementara Ole Gunnar Solskjaer memiliki 1,81 poin dan Jose Mourinho memiliki 1,89 poin per game. Pak Alex? Skor rata-rata putra Skotlandia di Liga Inggris mencapai 2,28 per pertandingan.2. Jumlah gol kebobolan

Manchester United Teno Haga mencetak 1,33 gol per pertandingan. Meski tidak selalu terjadi di lapangan, namun angka-angka di atas menunjukkan betapa rapuhnya pertahanan MU sehingga lawan selalu punya peluang untuk membobol gawangnya di setiap pertandingan.

Bersama Sir Alex, MU hanya kebobolan 0,87 gol per laga. Mourinho (0,92) dan Van Gaal (0,95) menjadi nama-nama lain yang tingkat kebobolannya di bawah satu per pertandingan. Rasio kebobolan gol Moyes adalah 1,18 gol per pertandingan, sedangkan Solskjaer 1,16. Masih “lebih baik” dari Ten Hag.3. Mencetak gol

Tim dengan pertahanan yang buruk biasanya bisa dimaafkan jika lini depannya mencetak banyak gol balasan. Seperti Barcelona musim ini yang mencetak 10 gol dalam 11 pertandingan, namun mencetak 37 gol.

Hal ini tidak terjadi pada MU asuhan Ten Haag. Mereka hanya mampu mencetak 1,43 gol per laga, terendah dari lima nama lainnya. Van Gaal berhasil mencetak 1,46 gol per pertandingan, sedangkan Mourinho mencetak 1,62. Sir Alex kembali menjadi yang terbaik dengan 2,14 gol per pertandingan, disusul Solskjaer (1,79) dan Moes (1,65).4. Gaya permainan pers

Ten Haag di awal kedatangannya menegaskan ingin MU bermain menekan, menyerang, dan aktif mengembangkan serangan. Apakah ini benar

Benar, tapi bukan yang terbaik. Tendangan MU di bawah Ten Haag tak lebih baik dari lima serangan sebelumnya. Dalam hal operan yang diperbolehkan per aksi bertahan (PPDA), MU Ten Haga hampir mencapai 12,5. Padahal lima kepala lainnya tidak mencapai 12. Hal ini menunjukkan MU Ten Hag kurang agresif.

​Meski gaya sepak bola terus berubah seiring berjalannya waktu dan rasanya tidak adil jika membandingkan enam manajer dari era berbeda, PPDA MU juga belum menjadi yang terbaik musim ini, bahkan hanya menempati peringkat ke-15 Liga Inggris musim ini.5. Kepemilikan pedang

Penguasaan bola bukanlah jaminan memenangkan liga. Leicester City, Atletico Madrid, dan Inter Milan asuhan Antonio Conte bisa menunjukkan hal itu. Namun sebagian besar tim yang menjadi juara liga di era modern ini bermain dominan melawan lawannya.

Dari segi niat bermain, seperti pada penjelasan nomor 4, penguasaan bola MU bersama Ten Hag sebenarnya paling rendah dibandingkan lima pendahulunya, yakni hanya 52,2 persen. Bahkan Van Gaal selaku rekan senegaranya mencetak 59,5 persen. Sisanya lebih dari 55 persen. Tak hanya itu, identitas bermain MU juga belum jelas setelah memasuki musim ketiga bersama Ten Hag. Bahkan nama-nama seperti Jurgen Klopp, Pep Guardiola, bahkan Mikel Arteta sudah jelas terlihat saat memasuki era ini.

Dengan pengamatan di atas, maka perlu dipahami mengapa manual MU perlu diperbarui. Dan semua itu tidak termasuk Ten Hag di sini. Kesempatan diberikan. (adp/aff)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top