Jakarta –
Indonesia akhirnya mengakhiri kenaikan suku bunga pada Oktober 2024 dengan mencatatkan suku bunga bulanan sebesar 0,08%. Namun masih ada beberapa produk yang mengalami deflasi dalam jangka waktu lama.
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan komponen variabel harga mengalami deflasi sebesar 0,11%. Bagian ini menyumbang deflasi sebesar 0,01%.
“Inflasi komoditas mengalami deflasi selama tujuh bulan berturut-turut namun tekanan deflasi mereda pada bulan Oktober ini.”
Produk yang paling berkontribusi terhadap penurunan kelompok ini adalah cabai merah, cabai rawit, kentang, dan ikan segar.
Apabila harga suatu barang mengalami deflasi, berarti harga suatu barang mengalami penurunan dalam jangka waktu tertentu. Deflasi harga produk biasanya berarti harga produk menjadi lebih rendah dibandingkan sebelumnya, sehingga konsumen dapat membelinya dengan harga lebih murah dari sebelumnya.
Kelompok travel juga mengalami penurunan sebesar 0,52% dan tingkat deflasi sebesar 0,06%. Komoditas yang paling banyak mengalami deflasi pada kelompok ini adalah bensin dan angkutan udara.
“Harga bahan bakar naik selama dua bulan berturut-turut, sejalan dengan tren penurunan harga minyak global.” jelas Amalia.
Deflasi sendiri masih terjadi di 10 provinsi di Indonesia pada Oktober 2024. Deflasi tertinggi terjadi di provinsi Maluku Utara.
Sejauh ini, lelang telah dilakukan di 28 kabupaten lainnya. Sebanyak 7 dari 9 harga komoditas utama pada Oktober 2024 disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Amalia menjelaskan, setelah mengalami penurunan sejak April 2024, kelompok makanan dan minuman kembali mengalami inflasi pada Oktober 2024 dan menyumbang kenaikan sebesar 0,03%.
“Bawang merah dan telur ayam bersih sama saja, kadang sudah kempis.” katanya.
Simak Video: Harga Kubis Tinggi, Petani di Lumajang Semringah
(eds/eds)