Perluas Pasar, BRI Bekali UMKM Desa Nepo dengan Pembayaran Digital

Jakarta –

Acang Nepo hadir dalam beberapa varian rasa yang unik seperti kacang renyah, kacang yang disembunyikan gula pasir, kacang disko, kacang tempe dan lain-lain yang memberikan rasa asin dan renyah. Menurut Suparman, ide awal usahanya muncul pada tahun 2022.

Desa Nepo di Kecamatan Maluetasi, Kabupaten Baru, Sulawesi Selatan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Namun hasil pertanian yang biasa dijual mentah kini diolah menjadi produk siap saji berkat inovasi Suparman, pengusaha lokal yang memproduksi jajanan Kacang Nepo.

“Saya melihat banyak hasil pertanian di desa ini yang dijual mentah ke luar, sehingga tercetuslah ide untuk mengolahnya agar bisa memberikan nilai tambah bagi masyarakat setempat,” ujarnya, melalui keterangan tertulis, Kamis (28/11/2021). 2024). ).

Dengan kemasan awal yang sederhana, produk ini kemudian mendapat dukungan dari BRI melalui program Desa BRLiN pada tahun 2023. BRI memberikan pelatihan di bidang pemasaran, pengemasan dan pemanfaatan teknologi digital. Berkat emansipasi tersebut, produk Kacang Nepo kini tampil lebih menarik dan dikenal luas.

Program Desa BRILiN BRI memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan usaha Suparman. Pelatihan khusus dari BRI dan kerjasama dengan politeknik pariwisata membantu Suparman dalam meningkatkan kualitas produk terutama dari segi rasa dan kemasan agar lebih kompetitif di pasar.

Selain itu, BRI juga membekali UKM Desa Nepo dengan teknologi digital seperti QRIS yang memungkinkan sistem pembayaran nontunai dan memudahkan akses pasar yang lebih luas.

“Untuk pemasaran di toko dan supermarket lokal kini lebih mudah dengan QRIS,” jelas Suparman.

Ia menambahkan, penggunaan teknologi ini membuat proses transaksi menjadi lebih cepat dan memudahkan konsumen dalam berbelanja.

Saat ini Kacang Nepo yang menghasilkan pendapatan puluhan juta per bulan menjadi sumber pendapatan utama Suparman dan beberapa warga yang dipekerjakannya. Dengan meningkatnya permintaan, Suparman berharap bisa memperbanyak tim dan melibatkan lebih banyak warga dalam produksi.

Harapannya, UMKM di desa kami semakin maju dan semakin banyak masyarakat yang bisa merasakan manfaatnya, ujarnya.

Suparman juga berharap agar produk lokal seperti Kacang Nepo tidak hanya dikenal masyarakat lokal saja, namun bisa menjadi ikon kuliner khas Desa Nepo yang semakin dikenal masyarakat luas.

“Kami ingin kelapa yang keluar dari desa ini dalam kemasan yang memiliki nilai tambah, dan bukan hanya sekedar bahan mentah lagi,” tegasnya.

Dengan semakin banyaknya peminat produknya, Suparman bercita-cita membawa Kacang Nepo ke pasar nasional.

Dalam kesempatan khusus, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menyoroti komitmen BRI sebagai bank yang fokus pada segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

“Peran BRI tidak hanya sebatas sebagai lembaga intermediasi keuangan yang memberikan nilai ekonomi, namun juga memberikan nilai sosial berupa tindakan pemberdayaan individu pelaku usaha dan penguatan kelembagaan desa,” ujarnya.

“Penguatan kawasan perdesaan merupakan persoalan yang perlu mendapat perhatian, mengingat pembangunan pedesaan di Indonesia relatif belum merata dan menjadi tantangan bersama. Kami berharap program ini menjadi sebuah platform yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh desa-desa dan oleh desa serta seluruh UMKM yang ada di dalamnya, yang pada akhirnya “mampu mendorong kemajuan desa-desa di Indonesia”, tegas Supari. .

(dan/ego)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top