Jakarta –
Mitsubishi Indonesia merespons kebijakan pemerintah yang memberikan regulasi insentif pada mobil hybrid. Pabrikan asal Jepang ini berharap insentif mobil hybrid bisa lebih besar dari yang ditawarkan saat ini.
“Tentunya semakin tinggi insentifnya semakin baik,” kata Takao Kato, CEO Mitsubishi Motors Corporation di Cikarang, Jawa Barat, Jumat (20/12/2024).
Seperti diketahui, mobil hybrid juga mendapat insentif dari pemerintah. Mobil bermesin baterai konvensional mendapat insentif tiga persen berupa PPnBM-DTP.
Mengacu pada kriteria tersebut, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.010/2021, mobil hybrid dikenakan persentase PPnBM sebesar 15-20 persen dengan basis pajak berbeda dari 40 persen menjadi 55 1/ 3 persen dari penjualan. . harga Setelah dihitung, pajak mobil hybrid sebesar 6-8 persen. Jika pemerintah membayar tiga persen, maka persentase PPnBM mobil hybrid adalah 3-5 persen.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pun meminta produsen mobil hybrid mendaftarkan kendaraannya. Dengan demikian, produsen mobil hybrid sudah bisa menikmati insentif tersebut mulai 1 Januari 2025.
Terkait hal tersebut, Takao mengatakan pihaknya bersama merek mobil Indonesia lainnya berdiskusi dengan Kementerian Perindustrian untuk membuat peta jalan mobil listrik di Tanah Air.
“Setelah pembicaraan dengan Menperin, tidak hanya dengan kami, tapi juga dengan brand lain, mulai saat ini kami juga akan membuat road map pengembangan jalur elektrifikasi. Melalui pembicaraan dengan Menperin, saya rasa sudah Penting untuk menentukan insentif yang baik untuk model hibrida,” kata Takao.
“Sekali lagi, insentif yang lebih tinggi pasti lebih baik,” jelasnya lagi.
Di sisi lain, Mitsubishi berencana memproduksi mobil hybrid di Indonesia.
“Rencananya ke depan, Mitsubishi Motors akan lebih meningkatkan volume produksi MMKI. Kami akan memperkenalkan banyak model baru termasuk elektrifikasi seperti model hybrid,” imbuhnya.
Pabrik Mitsubishi ini terletak di Kawasan Industri GIIC di Kabupaten Bekasi, Cikarang, Jawa Barat. Ini merupakan usaha produksi patungan antara Mitsubishi Motors, Mitsubishi Corporation dan mitra lokal PT Krama Yudha.
Pabrik tersebut mulai berproduksi pada April 2017 dan memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 160.000 kendaraan. Pada tahun anggaran 2019, kapasitas produksi meningkat menjadi 220.000 kendaraan. Mitsubishi “Made in Cikarang” diketahui sudah diekspor ke sekitar 50 negara.
Takao mengatakan, ekspor Mitsubishi buatan Cikarang sudah menyebar ke Timur Tengah, Afrika, ASEAN, dan banyak negara lainnya. Salah satu rencana Mitsubishi adalah memproduksi hybrid yang juga ditujukan untuk pasar ekspor.
“Kami kemungkinan akan memproduksi model hybrid sehingga nantinya model hybrid tersebut bisa diekspor ke negara-negara tersebut,” ujarnya.
Saat ditanya lebih lanjut apakah model Xpander Hybrid diproduksi di Finlandia, Takao tak menjawab terang-terangan. Mengingat Xpander berhasil menarik perhatian masyarakat.
“Mungkin (Xpander Hybrid), tapi masih dirahasiakan,” jelasnya lagi.
Pemerintah juga mendorong Mitsubishi untuk memperluas segmen elektrifikasi di Tanah Air.
“Pemerintah sangat berterima kasih atas komitmen besar Mitsubishi untuk dapat berkontribusi menjaga lingkungan dan planet bumi melalui pembuatan mobil listrik. Hal ini menunjukkan komitmen tidak hanya kepada pemerintah saat ini tetapi juga kepada generasi mendatang,” kata Wakil Menteri (Wamen) . Industri Faisol Riza.
“Kami berharap PT MMKI dapat terus mempercepat inovasi dan teknologi elektrifikasi untuk memenuhi kebutuhan mobilitas masa depan,” tambahnya. Tonton video “Penjualan Mitsubishi di RI Terbaik di Dunia, Lewati AS-Jepang!” (tertawa/kering)