Lansia Tak Bisa Terbang karena Over Booking, eh Kompensasi Cuma Voucher Kopi

Jakarta –

Sepasang suami istri lanjut usia tidak dapat terbang sesuai dengan rencana tiket mereka karena pemesanan tiket terlalu banyak. Mereka dialihkan ke penerbangan lain, tetapi satu-satunya kompensasi adalah kopi dan voucher akomodasi.

Pada Senin (21/10/2024), Independent memberitakan pasangan lansia tersebut berusia 80-an. Mereka menolak disebutkan namanya.

Mereka menceritakan pengalamannya tidak bisa terbang dengan British Airways karena kursinya penuh. Pasangan itu memesan tiket penerbangan BA368 dari Heathrow ke Marseille yang berangkat dari Terminal 3 pukul 15.10 pada tanggal 27 September.

Salah satunya memiliki alat pacu jantung dan tidak boleh stres. Pasangan mempunyai masalah kesehatan.

“Tidak bisa komputer, kami tiba jam 1 siang lebih dari dua jam sebelum keberangkatan untuk check in. Lalu kami diberitahu tidak ada kursi. Kami disuruh menunggu jika tidak ada yang datang. Jadi kami duduk. Kami menunggu 90 menit untuk melihat jika ada kursi yang tersedia pada pukul 14.30, maaf mereka tidak bisa berbuat apa-apa,” mereka menceritakan pengalamannya.

British Airways memberi mereka pilihan untuk mengubah penerbangan di Paris atau Madrid. Kondisi ini mengharuskan mereka berpindah terminal di Heathrow dan bandara hub utama di benua itu.

Pasangan itu mengatakan kedua pilihan tersebut tidak dapat diterima karena menambah stres dan waktu kedatangan yang terlambat di Marseille dan hampir tengah malam. Ini berbeda dengan tiket pertama yang tiba 18.00.

“Kami ditawari penerbangan dari Heathrow keesokan harinya dan akomodasi hotel untuk malam itu, yang kami terima,” kata pasangan itu.

Karena itu, hari libur dikurangi menjadi tiga hari, bukan empat hari.

Faktanya, sebagian besar maskapai penerbangan mengalami pemesanan berlebih yang “disengaja”, yang telah lama dipraktikkan dan legal. Sistem ini merupakan upaya maskapai penerbangan untuk menghasilkan lebih banyak pendapatan dan mengoperasikan penerbangan dengan lebih sedikit kursi. Kebijakan tersebut diyakini akan menguntungkan penumpang karena bisa memesan kursi di penerbangan yang terlihat penuh.

Namun istilah-istilah tersebut tidak boleh sembarangan dalam penerapannya dan harus diawasi secara ketat. Maskapai penerbangan harus menawarkan insentif bagi sukarelawan untuk menyerahkan kursi mereka dan melakukan perjalanan lebih lambat sebelum memilih penumpang untuk turun.

Jika tidak ada yang melapor, pihak maskapai dapat menolak penumpang tersebut, namun harus memberitahukan haknya atas kompensasi tunai.

Namun penolakan dan kompensasi tidak diterima oleh kedua sesepuh tersebut.

– Tidak ada yang disebutkan tentang kompensasi dan yang pasti kami tidak mendapatkan akomodasi dan voucher kopi sampai kami menunggu hingga sore hari untuk perjalanan ke hotel, katanya.

Juru bicara British Airways pun menanggapi kejadian tersebut dan berjanji akan menghubungi kedua lansia tersebut.

“Kami benar-benar menyesal mendengar pengalaman pelanggan kami dan kecewa karena kami tidak memenuhi harapan mereka. Kami sedang menyelidiki masalah ini dan akan menghubungi mereka untuk memperbaikinya,” kata perwakilan maskapai tersebut. Tonton video “VIDEO: Kecelakaan pesawat ditemukan di dalam rumah yang terbakar di Argentina” (sym/fem)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top