Jakarta –
Tokoh-tokoh ini melestarikan budaya Betawi di tengah kepungan modernisasi Jakarta. Siapa saja mereka dan apa alasannya?
ANBALI NEWSTravel berbincang dengan tokoh masyarakat Kampung Kondet Dikki Arfansuri. Katanya, yang ada hanyalah kecintaan melestarikan budaya Betawi.
“Karena soal cinta, kalau ngomong soal cinta, kita jadi inget ya kakak. Kalau kita mendapat tanah dari orang tua, itu juga hasil warisan orang tuanya, dan warisannya masih dalam warisan, itu adalah tepat. Kita tidak boleh salah. Misalnya dengan menjual tanah, argumennya harus diwariskan kembali,” kata Dickey, Jumat (11/10/2024).
Sekretaris Jenderal Kampung Silat Rawa Belong alias Rovi Indra mengatakan, tidak hanya Dikki yang melestarikan budaya Betawi, tapi juga ada rasa cintanya. Ia mengatakan, rintangan apa pun akan ia hadapi dalam membangun cinta.
Robi mengatakan, kecintaan terhadap budaya Betawi tidak bisa hanya ditunjukkan oleh masyarakat asli Betawi saja. Memang perantau yang sudah lama menetap bisa berkembang dan berhak disebut orang Betawi.
“Tapi bukan hanya acara warisan budaya saja, orang yang tinggal dan tinggal di Jakarta disebut Betawi. (Ingat) Orang yang mencintai budaya dan mengembangkan budaya ini disebut juga orang Betawi, ada juga orang Betawi yang tidak mengembangkannya.”, Ravi dikatakan.
Setelah itu, Beki Mardani, Ketua Yayasan Kebudayaan Betawi mengatakan, kecintaan terhadap budaya Betawi diperlukan untuk melestarikan budaya Betawi bagi generasi mendatang.
Ia mengatakan, sekolah merupakan salah satu cara untuk melestarikan budaya Betawi. Artinya, budaya Betawi diajarkan di semua jenjang sekolah seperti TK, SD, SMP, dan SMA.
“Di sekolah itu siswanya dari mana-mana, bahkan anak-anak Betawi berbaur di sana, mereka sudah belajar PLJB, mereka sudah mempelajari materi lokal, mereka tahu segala macam seni atau memasak, mereka juga lahir di sini. Banyak orang dari luar, “(Betawi) yang sudah tinggal di Jakarta merasa seperti Betawi karena sudah menghayati budayanya,” kata Beki.
“Karena generasi penerus, khususnya Betawi, terbuka terhadap nilai-nilai, maka pernikahan akan bersifat antar ras bahkan asing,” ujarnya. Saksikan video “Matrojih, Pelestarian Golok Betawi” (upd/fem)