Jakarta –
Di tengah hiruk pikuk Stasiun Pasar Senen menjelang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru), sekelompok pria berseragam merah berjalan berkeliling sambil membawa barang bawaan penumpang. Mereka adalah kuli angkut, disebut kuli angkut.
Cherudin, salah satu kuli angkut Pasar Senen mengatakan, pada libur Natal jumlah penumpang yang naik dan turun di stasiun meningkat signifikan dibandingkan hari biasa. Kondisi ini, menurutnya, menjadi peluang bagi para kuli angkut untuk menambah pendapatannya.
Karena ini libur sekolah, libur juga, mulai hari ini ada tambahan kereta. Jadi biasanya kalau ramai, pas Natal atau Idul Fitri, kuli angkutnya kebanyakan, kata Cherudin tamin ANBALI NEWS, ditulis Jumat ( 20 ). /12). /2024).
Porter berusia 30 tahun di Stasiun Pasar Senen ini mengatakan, rata-rata ia mampu membantu mengangkut barang seberat 40 kilogram lebih. Dapat digendong di bahu atau ditarik jika penumpang membawa koper.
Namun jika bagasi penumpang terlalu besar, Cherudin dapat mengangkut bagasi tersebut melalui troli. Meski menggunakan troli, ia harus memutar balik karena tempat dari lobi atau ruang tunggu hingga peron stasiun Pasar Senen memiliki tangga naik turun.
“Itu 35 kg, kadang 40 kg, kalau terlalu banyak kita pakai troli terus kembali, kalau dipikul tidak mungkin,” jelasnya.
Bukan hal yang aneh baginya melihat pelancong membawa barang-barang yang tidak biasa seperti nasi dan sayur-sayuran. Khususnya bagi wisatawan dari luar Jakarta yang datang ke Pasar Senen.
“Saya biasanya dari kota, setelah panen, saya mau bawa ke Jakarta, kalau jagung, kalau kacang. Yang terberat yang saya bawa 45kg, dua barang, satu kotak dan satu tas,” jelasnya.
Sedangkan untuk jasa pengirimannya sendiri, Cherudin mengatakan operator tidak membatasi harga. Oleh karena itu, pendapatan yang mereka terima didasarkan pada ketersediaan penumpang yang mereka bantu.
“Sebagai traveler, kami enggan mematok target harga. Kadang kita kasih 20.000 are, kadang 15.000 are. Terkadang jika beruntung, kami mendapat 50.000 Ariary dari penumpang itu sendiri. Kami biasanya memberikan 10.000 Ariary kepada penumpang dan mereka setuju. 12.000,” jelasnya.
Namun tak jarang setelah membantu seorang penumpang, yang didapatnya hanyalah ucapan terima kasih. Meski demikian, ia mengaku tidak merasa kecewa dengan karyanya.
“Ada yang bilang terima kasih saja, tidak punya uang, jadi tidak apa-apa. Tidak apa-apa, kami tidak meminta (uang), tidak,” jelasnya.
Menurut Cherudin, salah satu porter bernama Walijo juga mengatakan, Stasiun Pasar Senen kerap mengalami peningkatan penumpang menjelang libur Nataru. Apalagi memasuki masa liburan sekolah di akhir Desember hingga awal Januari.
“Biasanya saat liburan sekolah usai masih sangat ramai dan saat itulah jumlah anak mulai berkurang. Siswa berlibur, anak-anak berlibur dari Jawa ke Jakarta, dari Jakarta ke Jawa,” jelasnya.
Selama 20 tahun bekerja sebagai porter di Stasiun Pasar Senen, ia pun mengaku kerap membawa barang bawaan puluhan kilogram untuk setiap penumpang yang ditolongnya. Selain itu, Walijo tidak menetapkan nama pengguna berdasarkan preferensi pelanggan.
Namun ia mengaku jarang menerima penumpang yang sekadar mengucapkan terima kasih atas jasanya. Kalaupun menerimanya, biasanya ia akan mengingatkan penumpang untuk membayar service charge terlebih dahulu. “Umumnya, tidak ada yang berterima kasih kepada kami.” Kebanyakan orang tidak tahu, kami bilang ‘Maaf pak, pekerjaan Anda apa?’, mungkin karena kami tidak tahu,” ujarnya, (fdl/fdl).