Jakarta –
Banyak merek yang masih mengimpor mobilnya. Inilah daftar pabrikan mobil yang paling banyak diimpor di Tanah Air.
Ada berbagai macam produsen mobil di Indonesia. Namun tidak semua mobil yang dijual di Indonesia merupakan produksi dalam negeri. Masih banyak mobil impor. Menurut informasi Gabungan Industri Mobil Indonesia, ada sekitar 30 merek mobil yang mengimpor mobilnya dari Indonesia.
Mulai dari Toyota, Suzuki, Baidu, Hyundai, BMW dan 25 merek lainnya sudah banyak memboyong model mobilnya ke Indonesia. Nah, berikut daftar 10 merek yang paling banyak mengimpor mobil di Indonesia.
1. Toyota : 30.0292 unit. BYD: bagian 16.3143. Suzuki: 12.167 unit 4. Mitsubishi Motors: 5.822. Honda: 4.362 unit. Mazda: 4.111 unit. Lexus: 2.3528 unit. Hyundai: 1.904 unit. BMW: 1.838. Citroen: 1.204 unit
Toyota dikenal memiliki beberapa lini produksi di Tanah Air. Namun tidak semuanya dibuat di pabrik Karawang dan Santer. Mobil impor Toyota antara lain Corolla Altis, GR Corolla, Camry, GR 86, Voxy, Alphard, Corolla Cross, Land Cruiser, dan Hilux Rangga.
Selain itu, meski menjadi satu-satunya mobil yang dipesan pada bulan Juni, Baidi justru menempati posisi kedua. Saat ini BYD mengimpor seluruh mobil yang dijual di Indonesia yaitu Seal, Dolphin, Mr.3 dan M6. Karena lokasi pabriknya, kawasan Subang akan selesai pada akhir tahun 2025.
Di posisi ketiga ada Suzuki. Mesin PT Suzuki Indomobil terdaftar untuk impor mobil seperti Genie, S-Presso, Baleno dan Grand Vitara. Mobil-mobil itu tidak tersentuh dari India dan Jepang.
Posisi keempat ditempati Mitsubishi. Menurut importir Gaikindo, Mitsubishi Motors Krama Juda Indonesia telah mengimpor Triton dari Thailand. Honda mengambil posisi berikutnya. Model impor Honda antara lain City, Civic, Civic Type R, Accord, dan CR-V.
Secara total, jumlah mobil yang diimpor pada Januari hingga November 2024 mencapai 89.794 unit. Artikel ini Dibandingkan periode yang sama tahun 2023, sedikit meningkat menjadi 84.550. Tonton video “Duel Hatchback Sengit: Baleno vs City vs Yaris, Siapa yang Lebih Nilai Uang?” (kering)