Jakarta –
Saat ini fundamental perekonomian Indonesia dilaporkan masih stabil. Pada triwulan III tahun 2024, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,95%, lebih tinggi dibandingkan beberapa negara lain seperti Singapura (4,1%), Arab Saudi (2,8%) dan Meksiko (1,5%).
“Pertama, Indonesia tumbuh sekitar 5% dalam 10 tahun terakhir. Hanya beberapa negara seperti Indonesia yang mampu menjaga inflasi di bawah 2%. Pikiran saya Lalu, rasio utang Jepang terhadap PDB juga sangat rendah. , kira-kira “Fundamental perekonomian Indonesia kuat. Cadangan devisa kita sekitar $150 miliar dan perdagangan kuat,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulisnya, Minggu (1/1/2019).
Hal itu disampaikannya saat menjadi keynote speaker pada Executive Access Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) yang digelar di Jakarta, Sabtu (30/11) dengan mengangkat tema visi ekonomi dan politik Indonesia tahun 2025.
Sementara itu, tingkat pengangguran pada Agustus 2024 juga mengalami penurunan menjadi 4,91% dibandingkan 5,32% pada Agustus 2023. Sejak itu, jumlah pekerja meningkat sebesar 4,7 juta jiwa, dari 139,9 juta jiwa pada Agustus 2023 menjadi 144,6 juta jiwa pada Agustus 2024. Totalnya, 42,05 juta jiwa. % merupakan pekerja formal dan 57,95% merupakan pekerja informal.
“Kemarin Presiden Prabowo mengumumkan kenaikan upah minimum tahun depan sebesar 6,5%, artinya lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi. Menurut saya, menjaga kelas menengah di Indonesia sangat penting, karena tujuan kita adalah menjadi berpendapatan menengah ke atas sehingga kita ingin mempercepat pembangunan untuk mencapai pendapatan per kapita lebih dari $12,000 dalam 10 tahun.
Menurut Airlangga, saat ini ada beberapa provinsi di Indonesia yang pendapatan per kapitanya sangat tinggi. Misalnya saja di Jakarta sebesar 22.000 USD dan di beberapa provinsi Kalimantan Timur dan Sumatra, pendapatannya sekitar 17.000 USD per orang.
“Jadi tantangannya bagi pemerintah adalah untuk lebih menyamakan dan memastikan tidak ada disparitas (pendapatan) antara satu daerah dengan daerah lain yang berpindah dari Pulau Jawa ke Pulau Jawa,” Indonesia bagian timur. “Pemerintah telah membangun 22 kawasan ekonomi khusus (KEK). ) untuk keperluan itu,” jelas Airlangga.
Dalam satu dekade terakhir, Indonesia juga aktif berpartisipasi dalam berbagai forum ekonomi multilateral. Misalnya saja Indonesia yang merupakan pendukung Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), salah satunya adalah Tiongkok. Kemudian, bersama Amerika Serikat, kami membentuk Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik untuk Kemakmuran (IPEF). Indonesia juga sedang dalam proses bergabung dengan OECD dan BRICS.
Menurut Airlangga, tercapainya berbagai perjanjian multilateral bertujuan untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja dengan membuka pasar perdagangan baru, meningkatkan dan menyatukan standar perdagangan dan keuangan, serta menarik lebih banyak investasi.
“Karena target investasi tahun ini sekitar Rp 1.900 triliun, dan tahun depan saya kira kita perlu investasi lebih dari Rp 2.100 triliun, jadi kita butuh lebih banyak ‘teman’ dan investor,” kata Airlangga.
Ketertarikan investor internasional terhadap Indonesia tidak hanya didorong oleh daya tarik pasar ekspor yang berpotensi besar atau pasar domestik dengan daya beli konsumen yang kuat. Namun mereka harus percaya pada supremasi hukum Indonesia dan mengetahui bahwa Indonesia menganut nilai-nilai global terkait lingkungan hidup, praktik bisnis, transparansi, dan anti korupsi.
Selain itu, Airlangga juga meyakinkan investor global. “Jika ingin tumbuh, tumbuhlah bersama Indonesia,” tutupnya.
Simak video “BPS Catat Perekonomian RI Tumbuh 5,11% pada Kuartal I 2024” (prf/ega)