Jakarta –
Saat Anda sakit, biasanya dokter akan meresepkan beberapa obat, salah satunya antibiotik. Pasien harus meminum obat ini sampai habis.
Perlu diketahui bahwa antibiotik terbagi menjadi beberapa jenis dengan fungsi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pemberian antibiotik yang diberikan dokter akan disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien.
Ingin tahu klasifikasi antibiotik dan fungsinya masing-masing? Simak pembahasannya pada artikel ini Apa itu Antibiotik?
Antibiotik adalah sekelompok obat yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau menghancurkan bakteri. Cara kerja antibiotik adalah dengan membunuh dan menghentikan pertumbuhan bakteri di dalam tubuh.
Dilansir Medical News Today, sistem kekebalan tubuh manusia ternyata bisa membunuh bakteri. Sel darah putih akan menyerang bakteri jahat, meskipun beberapa gejala penyakit sudah muncul, sistem imun tubuh dapat menghadapi dan menangkal infeksi tersebut.
Namun terkadang jumlah bakteri jahat di dalam tubuh begitu banyak sehingga sistem kekebalan tubuh tidak bisa menangani semuanya. Untuk itu diperlukan antibiotik untuk membantu membunuh bakteri. Klasifikasi Antibiotik
Perlu diketahui bahwa antibiotik dibagi menjadi beberapa kelompok. Simak klasifikasi antibiotik dan fungsinya di bawah ini: 1. Penisilin
Penisilin digunakan untuk kondisi yang melibatkan infeksi bakteri, seperti infeksi streptokokus, meningitis, gonore, faringitis, dan untuk mencegah endokarditis. Antibiotik golongan ini juga baik untuk penderita gangguan ginjal, dengan memperhatikan anjuran dan pengawasan dokter.
Penisilin tersedia dalam bentuk kaplet, sirup kering, dan injeksi. Setiap jenis pengobatan antibiotik dapat digunakan untuk kondisi yang berbeda. Ada jenis penisilin seperti Amoksisilin, Ampisilin, Oksasilin dan Penisilin G.2. Aminoglikosida
Aminoglikosida adalah golongan antibiotik yang berfungsi untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri aerob gram negatif. Antibiotik golongan ini cukup efektif untuk mengatasi berbagai bakteri, seperti Mycobacterium Tuberculosis dan Staphylococcus. Penggunaan antibiotik ini juga bisa dikombinasikan dengan antibiotik lain.
Aminoglikosida bekerja dengan cara menghambat sintesis protein pada bakteri sehingga tidak dapat tumbuh dan berkembang. Penggunaan antibiotik harus dengan resep dokter karena dapat menimbulkan efek samping berupa penurunan kesadaran.
Jenis aminoglikosidanya cukup berbeda-beda mulai dari Paromomycin, Tobramycin, Gentamicin, Amikacin, Kanamycin dan Neomycin.3. Sefalosporin
Sefalosporin dapat digunakan pada pasien dengan infeksi tulang, otitis media, infeksi kulit dan infeksi saluran kemih. Antibiotik ini hanya bisa diberikan setelah resep dokter dengan dosis yang disesuaikan.
Ada beberapa efek samping penggunaan sefalosporin yaitu sakit kepala, nyeri dada bahkan syok. Antibiotik tersebut terdiri dari beberapa jenis, seperti Cefadroxil, Cefuroxime, Cefixime, Cefotaxime, Cefotiam, Cefepime dan Ceftaroline.4. Makrolida
Golongan antibiotik selanjutnya adalah makrolida yang dapat mencegah dan mengobati penyakit seperti infeksi saluran pernapasan, infeksi kulit, bronkitis, servisitis, penyakit Lyme, pemfigus, dan sinusitis.
Makrolida bekerja dengan menghambat sintesis bakteri. Obat ini tersedia dalam berbagai bentuk mulai dari tablet, kapsul, sirup kering, dan suntikan. Ada beberapa jenis makrolida, antara lain Eritromisin, Azitromisin, dan Klaritromisin.5. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan salah satu golongan antibiotik yang berfungsi untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, mulai dari infeksi saluran pernapasan, infeksi genital, infeksi menular seksual, infeksi yang ditularkan dari hewan, dan infeksi kulit.
Mengonsumsi tetrasiklin dapat menimbulkan beberapa efek samping, mulai dari mual, muntah, diare, gatal-gatal pada kulit, nyeri di berbagai bagian tubuh hingga demam. Antibiotik ini sebaiknya dihindari oleh wanita hamil, bayi dan anak di bawah usia 8 tahun. Selain itu, obat ini tidak boleh dikonsumsi dengan penisilin atau sefalosporin.6. kloramfenikol
Kloramfenikol bermanfaat menghambat sintesis protein agar bakteri tidak berkembang biak. Obat ini dapat digunakan untuk mengobati demam tifoid, paratifoid, meningitis, serta infeksi mata dan telinga.
Mengonsumsi kloramfenikol dapat menimbulkan beberapa efek samping, mulai dari mual, muntah, diare, sakit kepala, pendarahan pada saluran pencernaan, gangguan penglihatan hingga kebutaan. Untuk itu penggunaan antibiotik harus dilakukan sesuai resep dan pengawasan dokter.7. kuinolon
Antibiotik golongan terakhir adalah kuinolon. Obat yang tersedia dalam bentuk tablet, kaplet, dan suntikan ini dapat mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti infeksi saluran kemih, infeksi kulit, infeksi mata, infeksi telinga, infeksi sinus, bronkitis, pneumonia, infeksi panggul, dan infeksi menular seksual. . infeksi seperti gonore.
Penggunaan kuinolon wajib dilakukan setelah resep dokter, karena dosisnya telah disesuaikan. Masalahnya, antibiotik tersebut bisa menimbulkan efek samping berupa gangguan pada sistem saraf pusat. Jika terdapat efek samping, segera hubungi dokter.
Berikut tujuh golongan antibiotik beserta fungsinya. Saya harap ini bermanfaat. Saksikan video “Video: Pasien Diminta Lebih Kritis Saat Meresepkan Antibiotik” (ilf/fds)