Pakar Minta Isu BPA Jangan Dipakai untuk Rusak Persaingan Usaha

Jakarta –

Pakar polimer Institut Teknologi Bandung (ITB) Ahmed Zainal Abidin menilai permasalahan Bisphenol A (BPA) yang terjadi belakangan ini terkait dengan unsur kompetitif – perdagangan. Ia juga meminta agar isu BPA tidak dimanfaatkan untuk mendistorsi persaingan komersial yang sehat.

“Kami ingin memahami bagaimana kami bisa menunjukkan kepada masyarakat bahwa isu BPA ini masuk akal secara ilmiah. Jadi jangan sampai isu BPA ini dikalahkan oleh persaingan tidak sehat,” ujarnya. 11/2024).

Hal itu disampaikannya baru-baru ini di Bandung saat workshop yang digelar DPD Aspadin Jabar, Jakarta, Banten.

Menurut Zaynal, hal itu sudah berkali-kali ia sampaikan baik di Jakarta maupun di daerah, baik di lembaga pemerintah maupun swasta. Kami berharap persaingan komersial yang tidak sehat tidak mengalihkan perhatian masyarakat dari isu BPA yang merusak kesehatan.

“BPA masih berlanjut sampai saat ini, seolah-olah ilmiah. Namun sebenarnya para ilmuwan tidak mengatakan bahwa BPA itu sama dengan polikarbonat. Makanya penting untuk mengetahui sifat aslinya agar kita tahu persis di mana seharusnya permasalahan ini,” jelasnya. .

Ditegaskannya, galon polikarbonat yang kuat bukan bebas BPA, melainkan bahannya bebas BPA. Menurutnya, ini adalah dua hal yang berbeda. Namun kata dia, ada pihak yang sengaja mengangkat isu galon polikarbonat versus BPA agar ada persaingan komersial.

“Polikarbonat tentu 100 persen aman. Namun banyak yang mengatakan BPA sendiri bersifat karsinogenik. Namun polikarbonat dan BPA mempunyai dua sifat yang berbeda,” ujarnya.

Soal pengalihan BPA ke bahan kemasan polikarbonat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) jelas mengatur berapa batas amannya, menurut Zainal.

“Boleh makan, boleh minum, dan sebagainya, tapi ada batas amannya. Ya, batas aman ini tiap negara berbeda-beda,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan bahwa BPA ada dimana-mana, baik di tanah, air, dan udara. Menurutnya, kadar BPA pada ikan segar bisa mencapai 13.000 mikrogram atau 13 mg.

Sedangkan BPOM telah menetapkan batas aman migrasi BPA sebesar 0,6 bph, jauh lebih tinggi dibandingkan pada ikan segar. Jadi ini masalah yang tidak jelas dan menyulitkan hidup kita, katanya. katanya.

Ini juga mengurangi risiko kanker, malnutrisi, dll sambil minum air dari botol polikarbonat yang kuat. mengatakan bahwa ada risiko kesehatan seperti yang disesalkan oleh para ahli kimia, farmasi dan kesehatan. Terlebih lagi, menurut Zainal, polikarbonatnya kuat mampu menampung air dalam galon. Faktanya, tingkat migrasi BPA terbesar terjadi pada kemasan lain, seperti makanan kaleng.

“Ini membuat saya bertanya-tanya, apakah ini benar-benar tentang peningkatan kesehatan atau peningkatan daya saing usaha? Karena ada indikasinya tidak. Kenapa BPA dalam kemasan lain diperbolehkan dan terus dibicarakan BPA dalam galon polikarbonat kuat,” kata Zainal. .

Berdasarkan data tersebut, ia menjelaskan meskipun bahan polikarbonat pecah atau pecah karena gesekan, namun bahan kimia yang dihasilkan sangat keras dan bukan BPA.

“Memang benar ada penguraian, ada penguraian, tapi tidak terlihat BPA. Jika kemasan polikarbonat terurai pada suhu 550 derajat Celcius maka akan terbentuk BPA.”

(alias)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top