Museum Nasional Berjanji Lebih Inklusif dan Ramah Disabilitas

Jakarta –

Sebagai museum terbesar dan tertua di Indonesia, Museum Nasional Indonesia (MNI) terus berinovasi menciptakan ruang publik yang ramah bagi semua kalangan. Termasuk memberikan pengalaman inklusif, khususnya bagi penyandang disabilitas.

“Kami sangat fokus dan berkomitmen untuk menyediakan fasilitas yang menunjang akses bagi penyandang disabilitas,” kata Asep saat wawancara dengan ANBALI NEWSTravel, Jumat (6/12/2024).

Beberapa fasilitas yang tersedia di MNI antara lain ramp (RAM), kursi roda, toilet umum, dan tirai. Fasilitas ini dirancang untuk menjamin kenyamanan dan kemudahan pengunjung penyandang disabilitas.

“Kami juga memiliki lift yang memudahkan pengunjung berkursi roda untuk berpindah antar lantai, serta area parkir pribadi,” kata Asep.

Selain menyediakan fasilitas fisik, MNI juga memiliki program khusus bagi pengunjung penyandang disabilitas, termasuk tunarungu. Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan layanan pribadi yang bermakna kepada semua orang.

“Kami bekerja sama dengan komunitas seperti JBI atau sekolah swasta (SLB) untuk memberikan layanan khusus bagi teman-teman tunarungu,” kata Asep.

Braille merupakan salah satu benda penting yang dipamerkan dalam koleksi museum. Alat ini memberikan pengunjung tunanetra akses yang lebih mandiri terhadap informasi.

“Braille memberikan kesempatan bagi penyandang tunanetra untuk memahami secara mandiri informasi tentang koleksi museum,” kata Asep.

Selain itu, MNI memberikan penyuluhan khusus kepada kelompok penyandang disabilitas yang membutuhkan layanan tambahan. Fleksibilitas memungkinkan MNI untuk memenuhi kebutuhan unik setiap pengunjung.

“Kami selalu siap sedia jika ada permintaan kunjungan dari organisasi atau komunitas yang membutuhkan layanan khusus,” kata Asep.

Chika Miranda Putri, pengunjung dari Sekolah Disabilitas Islam Tahfidz menanggapi layanan Museum Nasional Indonesia. Menurutnya, pelayanan yang diberikan sudah cukup baik dan ramah dalam memenuhi kebutuhan pengunjung difabel.

“Kalau saya lihat Alhamdulillah efektif banget Kak, yang dimulai dari implementasi JBI, jadi prosesnya dan petugasnya cepat lihat kita, aduh ada bedanya sama anak-anak, begitu, sepertinya saya. Tuli, mereka langsung membangunkan saya di sini, enak banget Kak, semua pelayanannya saya lihat Chika menyuruh anak-anak jalan-jalan.

“Mudah-mudahan berhasil, seperti ke museum nasional, saya berharap lagi ada yang serupa untuk menyediakan fasilitas wisata, dan ada bahasa isyarat seperti JBI. Kami berharap semua museum memberikan akses.” pusat seperti ini,” kata Chika.

Melalui beragam upaya tersebut, MNI terus menunjukkan komitmennya dalam menciptakan ruang publik yang benar-benar inklusif. Saksikan video “Video: Apa yang Baru di Museum Nasional Indonesia Pasca Kebangkitan” (fem/fem)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top