Jakarta –
Sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Queensland menunjukkan bahwa pariwisata bertanggung jawab atas hampir 10% emisi gas rumah kaca global.
Melansir ABC, Jumat (13/12/2024), hasilnya dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature Communications. Studi ini mencakup seluruh rantai pasokan pariwisata, mulai dari penerbangan hingga suvenir.
Emisi dari industri ini dilaporkan meningkat sebesar 40 persen selama dekade terakhir. Pada tahun 2019, emisi mencapai 5,2 gigaton, setara dengan emisi 1,13 miliar mobil di jalan raya per tahun.
Kini pariwisata menyumbang sembilan persen dari total emisi dunia. Para ahli juga memperingatkan bahwa jumlahnya bisa berlipat ganda setiap 20 tahun. Hal ini juga dipengaruhi oleh keinginan masyarakat untuk menjelajahi dunia.
“Kami memperkirakan emisi akan meningkat sebesar 3-4 persen per tahun,” kata penulis laporan Ya-Yen Sun dari UQ Business School.
“Hal ini bertentangan dengan Perjanjian Paris, yang mengharuskan industri untuk mengurangi emisinya lebih dari 10 persen setiap tahunnya,” tambahnya.
Studi tersebut menganalisis kebiasaan perjalanan di 175 negara dalam satu dekade hingga 2019. Ditemukan bahwa perjalanan udara dan penggunaan mobil pribadi atau sewaan memberikan kontribusi terbesar terhadap jejak karbon pariwisata. Pada saat yang sama, perjalanan udara menyumbang lebih dari separuh emisi pariwisata.
“Faktor utama di balik peningkatan emisi adalah lambatnya adopsi teknologi baru oleh para pelaku industri pariwisata dan pesatnya pertumbuhan permintaan,” kata Dr. Sun.
Sumber emisi terbesar dari pariwisata adalah Amerika Serikat, Tiongkok, dan India, yang menyumbang 60 persen dari total emisi.
Menurut laporan tersebut, pandemi COVID-19 yang terjadi sebelumnya mungkin telah mengurangi dampak pariwisata untuk sementara waktu. Pada saat yang sama, pemulihan permintaan global yang cepat berarti emisi telah kembali ke tingkat tahun 2019. Bagaimana cara menghadapinya
Dr Sun menjelaskan, ada beberapa cara untuk mengurangi dampak karbon, salah satunya adalah dengan mengurangi penerbangan jarak jauh.
“Mengurangi penerbangan jarak jauh adalah salah satu rekomendasi yang kami buat untuk membantu industri penerbangan mengurangi emisinya, bersamaan dengan langkah-langkah yang ditargetkan seperti pajak karbon, anggaran karbon, dan kewajiban bahan bakar alternatif,” kata Dr Sun.
“Mengurangi pemasaran jarak jauh dan menetapkan batas pertumbuhan nasional juga akan membantu mengendalikan pesatnya pertumbuhan emisi,” tambahnya.
Dr. Sun mendesak pemerintah untuk secara resmi mengukur emisi pariwisata sebagai langkah pertama dalam menyelesaikan masalah ini. Di sisi lain, Dr. Sun mengatakan wisatawan dan operator tur juga memiliki tanggung jawab kepadanya.
“Masyarakat perlu memikirkan kembali proses pengambilan keputusan perjalanan mereka, mempertimbangkan bepergian ke tempat-tempat yang lebih dekat dengan rumah dan menggunakan transportasi umum dibandingkan kendaraan pribadi,” ujarnya.
“Secara lokal, operator pariwisata dapat mengandalkan listrik dari sumber terbarukan untuk akomodasi, bersantap, dan aktivitas rekreasi, serta beralih ke kendaraan listrik untuk transportasi,” ujarnya. Saksikan video “Video: Ratusan Pemandu Wisata di Bali Protes Lalu Lintas Online” (wkn/fem)