Bansos Beras Diperpanjang Jadi 6 Bulan, Zulhas Pastikan Tak Ganggu Harga

Jakarta –

Pemerintah menyepakati perpanjangan bantuan sosial (bansos) berupa bantuan pangan beras selama 6 bulan pada tahun 2025. Bantuan yang diberikan sebesar 160.000 ton per bulan.

Menteri Koordinator Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan perpanjangan pembagian bansos dari dua bulan menjadi enam bulan merupakan kesepakatan dalam rapat terbatas (Ratas) dengan Presiden Prabowo Subianto pada Desember lalu.

Rencana awal, subsidi sosial beras akan segera disalurkan untuk periode Januari-Februari. Sementara itu, jangka waktu empat bulan ke depan untuk penyaluran manfaat sosial masih belum pasti kapan akan dimulai.

“SPHP Januari-Februari (beras) sudah disalurkan Bulog, tapi menurut keputusan rata-rata akan ditambah 4 bulan lagi, jadi 6 bulan. Kapan 4 bulan itu datang? Tunggu keputusan (selanjutnya). ) rata, jadi 6 bulan .” kata Zulhas usai rapat terbatas (ratas) kebijakan pangan di Kantor Koordinasi Pangan, Graha Mandiri, Jakarta Pusat, Senin. (2025-01-06).

Zulhas menjelaskan, penentuan waktu penyaluran subsidi sosial beras harus memperhatikan waktu panen agar tidak mengganggu keseimbangan harga. Oleh karena itu perlu diadakan pertemuan kembali untuk melihat kondisi hasil panen nantinya.

Pertemuan selanjutnya akan digelar Zulhas bersama Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Namun pihaknya tengah menyiapkan cadangan pangan untuk program 6 bulan tersebut.

“Kita sudah tidak mau panen lagi dengan SPHP, nanti ada pembagian beras, ini akan mengganggu harga (beras). Lalu kita akan rapat, lihat bagaimana panennya, kalau kemarau mulai disebut kelaparan. ., barulah disalurkan,” kata Zulhas.

Selain beras, Zulhas mengatakan pihaknya juga menyiapkan cadangan pangan dalam bentuk lain ke depan untuk Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Bahan baku jagungnya 250 ribu ton dan kedelai 100 ribu ton.

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (NFA) Arief Prasetyo Adi memastikan Bulog siap menyalurkan 960 ribu ton beras kepada 16 juta penerima bantuan pangan (PBP) pada tahun 2025 selama 6 bulan. Hal ini merupakan bagian dari paket kebijakan ekonomi dan bantalan bagi masyarakat miskin, serta perlindungan di hulu dan hilir.

“Kami memahami bahwa pada bantuan pangan beras tahun 2025 ini, pemerintah terus mempertajam database penerima manfaat PBP. Oleh karena itu, kami fokus pada kelompok desil 1 dan 2, serta perempuan kepala keluarga miskin dan lansia lajang. rakyat, rakyat,” kata Arief dalam keterangan tertulis, Selasa (31/12/2024).

Dikatakan, database penerima bantuan pangan beras tahun 2025 akan menggunakan data Registrasi Sosial Ekonomi (Regsosek) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappas). Data tersebut terdiri dari 15,6 juta PBP desil 1 dan 2, serta 400 ribu PBP perempuan kepala keluarga miskin dan lanjut usia lajang.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), bantuan pangan beras merupakan salah satu program pemerintah yang berkontribusi terhadap pengentasan kemiskinan. Hal ini terjadi pada periode Maret 2023 hingga Maret 2024, dimana jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 0,68 juta orang dari 25,90 juta orang menjadi 25,22 juta orang.

Pembayaran subsidi pangan bulanan untuk beras juga dikatakan berperan dalam mengendalikan inflasi. Pada tahun 2023, dukungan ini akan dilaksanakan selama 7 bulan. Saat itu, inflasi beras pada September 2023 mencapai 5,63%, namun setelah penerapan program ini, inflasi beras membaik menjadi 0,48% pada Desember 2023. (shc/ara)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top