Jakarta –
Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) mendistribusikan vaksin untuk mengatasi penyakit mulut dan kuku (PMK) di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini bermula dari ditemukannya ratusan ternak yang mengidap penyakit mulut dan kuku.
Kepala Balai Besar Farmasi Hewan (BBVF) Puswetma Surabaya Edi Budi Susila menjelaskan, obat MVP yang dibagikan ini dikembangkan oleh Balai Besar Farmasi Hewan (BBVF) Puswetma Kementerian Pertanian dan telah diuji serta disetujui penggunaannya oleh Ditjen MVP PKH. Penyakit. Pengendalian di Indonesia.
Obat tersebut diterima oleh Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Situbondo didampingi perwakilan Dinas Peternakan Kabupaten (POV), petugas dinas provinsi, Balai Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari dan ketua DPD APPSI Jatim, serta kemudian diberikan kepada ahli kedokteran hewan untuk dibawa langsung ke hewan yang sehat untuk melindungi dan mengurangi penyebaran virus PMH,” ujarnya dalam keterangannya, Kamis (1/2/2025).
Edi menambahkan, distribusi vaksin PMK telah mencapai 2.000 botol atau 50.000 dosis yang telah didistribusikan ke berbagai daerah antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah, Bogor, Banten, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Lampung.
Di Jawa Timur, distribusi 12.500 vaksin disalurkan ke Dinas Kabupaten Kediri, Blitar, Tulungagung, Jombang, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi, dan Jember.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan (PPHNAK) Makmoon mengatakan bantuan PMK dalam vaksinasi merupakan wujud nyata komitmen Kementerian Pertanian dalam memerangi penyakit mulut dan kuku.
Selain vaksinasi, Kementerian Pertanian juga memberikan bantuan obat-obatan, disinfektan, dan obat-obatan untuk membantu kelangsungan hidup petani dan penyakit lain yang mungkin terjadi.
Langkah lain yang dilakukan Kementan adalah menggandeng departemen pemerintah daerah agar ada intelijen. Seperti yang dilakukan di Desa Kedungguwo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Pertama, tim lapangan melakukan interaksi ekstensif dengan kepala desa dan masyarakat peternak untuk mendapatkan informasi terkini mengenai perkembangan isu PMK. Kedua, pemerintah daerah mengeluarkan surat edaran peringatan kepada kepala daerah dan bupati/kabupaten Kedungguwo untuk menginformasikan adanya penyebaran PMK di wilayahnya.
Langkah lain yang dilakukan adalah pengobatan terhadap hewan yang terkena penyakit kuku. Perawatan dilakukan melalui call center Dinas Peternakan dan Perikanan Magetan (URC).
Sebelumnya, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian Agung Suganda menegaskan, kesehatan hewan merupakan landasan ketahanan pangan.
“Melalui vaksinasi, pengobatan, dan promosi keamanan ternak, produk peternakan dapat terlindungi dari ancaman penyakit,” ujarnya di kantor Kementerian Pertanian Jakarta, Jumat (27 Desember).
Berdasarkan informasi yang diperoleh ANBALI NEWSJatim, ada 30 ekor sapi yang mati akibat serangan PMC. Kepala Desa Kedungguwo, Nur Hayati, mengatakan ada lebih dari 30 ekor sapi yang mati. Sayangnya, mulut sering keluar dari mulutnya dan sapi sulit makan.
“30 orang lebih meninggal, sebelum mau makan, saat itulah keluar nanah dari mulutnya. Kalau penyebab kematiannya, saya belum tahu kebenarannya, tapi kami lapor ke St Husbandry Service,” kata Noor. .
Di daerah lain, yakni di Mojokerto, tercatat 241 orang terdampak PMH. Penyakit yang disebabkan oleh aptovirus ini menyebabkan kematian 13 ekor sapi.
Kepala Dinas Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto Tutik Suryaningdia menjelaskan, pada 2 Desember 2024, penyakit mulut dan kuku kembali menyerang. Kasus pertama dilaporkan dari desa Ketapanrame di distrik Travas.
“Peternak membeli sapi di pasar, kalau sakit, baru tertular,” jelasnya kepada wartawan di kantornya di RA Jalan. Basuni, Sooko, Senin (30/12/2024).
Tonton videonya: Kementerian Pertanian mengalokasikan 800.000 dolar untuk perlindungan PMK
(cinta/rd)